Menilik Sejarah Hari Penjaga Perdamaian Perserikatan Bangsa-Bangsa

M. Habib Saifullah | Kamis, 29/05/2025 05:05 WIB
Menilik Sejarah Hari Penjaga Perdamaian Perserikatan Bangsa-Bangsa Ilustrasi Pasukan Perdamaian Indonesia (Foto: ANTARA)

Jakarta, Katakini.com - Setiap tanggal 29 Mei, dunia memperingati International Day of United Nations Peacekeepers atau Hari Penjaga Perdamaian Perserikatan Bangsa-Bangsa.

Hari ini ditujukan untuk mengenang para pria dan wanita yang telah berkontribusi dalam misi penjagaan perdamaian di seluruh dunia, baik yang masih aktif maupun yang telah gugur dalam tugas.

Di tengah berbagai konflik yang masih terjadi di banyak wilayah, peringatan ini menjadi momentum penting untuk menegaskan kembali komitmen global terhadap perdamaian dan stabilitas internasional.

Peringatan ini ditetapkan oleh Majelis Umum PBB melalui Resolusi 57/129 pada tahun 2002, dan secara resmi mulai diperingati pada 29 Mei 2003.

Tanggal tersebut dipilih karena bertepatan dengan hari dimulainya misi penjaga perdamaian PBB yang pertama, yakni United Nations Truce Supervision Organization (UNTSO), yang dibentuk pada 29 Mei 1948 untuk mengawasi gencatan senjata di Timur Tengah.

Selama lebih dari tujuh dekade, PBB telah mengerahkan ratusan ribu pasukan penjaga perdamaian dari berbagai negara untuk mengatasi konflik dan menjaga stabilitas di wilayah yang rentan.

Pasukan ini terdiri dari militer, polisi, serta staf sipil yang bekerja bersama demi menjalankan mandat perdamaian di bawah bendera PBB. Mereka bertugas tidak hanya menjaga keamanan, tetapi juga mendukung pemilu, perlindungan warga sipil, dan membangun institusi pemerintahan yang demokratis.

Latar belakang utama ditetapkannya hari ini ialah untuk menghormati pengorbanan dan dedikasi para peacekeepers. Banyak dari mereka bekerja dalam kondisi yang sangat berbahaya dan penuh tekanan.

Berdasarkan data PBB, lebih dari 4.000 penjaga perdamaian telah gugur dalam tugas sejak awal pelaksanaan misi perdamaian. Penghormatan ini tidak hanya berbentuk simbolik, tetapi juga menjadi pengingat akan harga mahal dari perdamaian.

Indonesia sendiri menjadi salah satu negara kontributor utama dalam misi perdamaian PBB. Melalui personel TNI dan Polri, Indonesia secara aktif mengirimkan pasukan dalam misi di Lebanon (UNIFIL), Republik Demokratik Kongo (MONUSCO), Sudan Selatan (UNMISS), dan negara-negara lain.