• News

Iran Sebut Perundingan Nuklir Gagal Jika AS Minta Hentikan Pengayaan Uranium

Yati Maulana | Selasa, 20/05/2025 14:05 WIB
Iran Sebut Perundingan Nuklir Gagal Jika AS Minta Hentikan Pengayaan Uranium Miniatur Donald Trump dan bendera AS serta Iran yang dicetak 3D terlihat dalam ilustrasi yang diambil pada 15 Januari 2025. REUTERS

DUBAI - Perundingan nuklir antara Iran dan Amerika Serikat "tidak akan menghasilkan apa-apa" jika Washington bersikeras agar Teheran menghentikan aktivitas pengayaan uraniumnya hingga nol, kata Wakil Menteri Luar Negeri Majid Takhtravanchi yang dikutip oleh media pemerintah pada hari Senin.

Utusan khusus AS Steve Witkoff menegaskan kembali sikap Washington pada hari Minggu bahwa setiap kesepakatan baru antara AS dan Iran harus mencakup kesepakatan untuk menahan diri dari pengayaan, yang merupakan kemungkinan jalur untuk mengembangkan bom nuklir. Teheran mengatakan program energi nuklirnya sepenuhnya memiliki tujuan damai.

"Posisi kami tentang pengayaan jelas dan kami telah berulang kali menyatakan bahwa itu adalah pencapaian nasional yang tidak akan kami mundur," kata Takhtravanchi. Selama kunjungannya ke wilayah Teluk minggu lalu, Presiden AS Donald Trump mengatakan kesepakatan sudah sangat dekat tetapi Iran perlu bergerak cepat untuk menyelesaikan perselisihan yang telah berlangsung selama puluhan tahun.

Washington mempersulit negosiasi dengan mengungkapkan pandangan di depan umum yang berbeda dari apa yang dibahas secara pribadi selama pembicaraan, kata juru bicara kementerian luar negeri Iran pada hari Senin. "Meskipun mendengar pernyataan yang bertentangan dari Amerika, kami masih berpartisipasi dalam negosiasi," tambah Esmail Baghaei.

Putaran pembicaraan kelima diperkirakan akan berlangsung di Roma akhir pekan ini sambil menunggu konfirmasi, kata seorang pejabat Iran kepada Reuters.

Selama masa jabatan pertamanya sebagai presiden pada 2017-21, Trump menarik Amerika Serikat dari kesepakatan tahun 2015 antara Iran dan negara-negara besar dunia yang memberlakukan batasan ketat pada aktivitas pengayaan Teheran dengan imbalan keringanan sanksi internasional.

Trump, yang mencap kesepakatan tahun 2015 berat sebelah demi kepentingan Iran, juga memberlakukan kembali sanksi AS yang luas terhadap Iran. Republik Islam itu menanggapinya dengan meningkatkan pengayaan.