Jakarta, Katakini.com - Fenomena "sound horeg" telah menjadi bagian dari budaya populer di daerah di Indonesia, terutama di Pulau Jawa.
Istilah ini merujuk pada penggunaan sistem pengeras suara berukuran besar yang menghasilkan suara dengan volume sangat tinggi, sering kali dipasang di atas kendaraan terbuka seperti truk.
Mengenai fenomena tersebut, baru-baru ini terjadi peristiwa sound horeg yang menimpa dua orang di Desa Sumber Anyar, Jambisari Dausholah, Bondowoso, Jawa Timur.
Insiden robohnya sound horeg itu viral di media sosial. Nadia Friska pelajar SMA asal Desa Penanggungan, Maesan dan Firmansyah (9) menjadi korban dari insiden tersebut.
Kapolsek Jambesari Darusallah Iptu Sumanto mengatakan, korban yang tertimpa hanya mengalami luka ringan, meski demikian, salah satu korban harus mendapat beberapa jahitan.
"Salah satu korban mengalami luka di kepala dan mendapat 7 jahitan," kata Sumanto.
Namun tahukah kamu bagaimana asal muasal kemunculan fenomena sound horeg? Simak penjelasannya berikut ini.
Secara etimologis, kata "horeg" berasal dari bahasa Jawa yang berarti "bergerak" atau "bergetar". Dalam konteks ini, sound horeg menggambarkan suara yang begitu kuat hingga menimbulkan getaran, baik secara fisik maupun emosional bagi pendengarnya.
Menghimpun dari berbagai sumber, asal-usul sound horeg dapat ditelusuri kembali ke awal tahun 2000-an, ketika masyarakat mulai menggunakan sistem pengeras suara untuk keperluan hiburan lokal, seperti salawatan atau pengumuman.
Seiring waktu, inspirasi dari klub malam di kota-kota besar mendorong masyarakat pedesaan untuk menciptakan versi mereka sendiri dari hiburan tersebut, yang lebih terjangkau dan sesuai dengan budaya lokal.
Hal ini mengarah pada pengembangan sound system besar yang dipasang di atas kendaraan, memungkinkan mobilitas dan jangkauan suara yang lebih luas.
Perkembangan teknologi audio dan meningkatnya minat terhadap musik elektronik turut mendorong popularitas sound horeg. Acara-acara seperti karnaval di Kabupaten Malang pada tahun 2014 menjadi tonggak penting dalam penyebaran fenomena ini.
Namun, popularitas sound horeg juga menimbulkan kontroversi. Volume suara yang sangat tinggi sering kali dianggap mengganggu ketenangan lingkungan, terutama di daerah pemukiman.
Beberapa pihak mengkhawatirkan dampak negatif terhadap kesehatan pendengaran dan kesejahteraan masyarakat, terutama bagi anak-anak dan lansia.
Meskipun demikian, bagi banyak komunitas, sound horeg tetap menjadi bagian integral dari perayaan dan identitas budaya mereka.