JAKARTA - Menyusul dukungan Presiden Donald Trump terhadap paus kelahiran Amerika Serikat (AS) pertama, Paus Leo XIV, pengguna media sosial dengan cepat mengetahui bahwa paus baru itu sebelumnya mengkritik Wakil Presiden JD Vance.
Pada bulan Februari, Paus Leo XIV, yang lahir dengan nama Robert Prevost di Chicago, mengunggah dua artikel berita ke profil X-nya.
Salah satunya berjudul, "JD Vance salah: Yesus tidak meminta kita untuk menentukan peringkat kasih kita kepada orang lain," membantah pernyataan JD Vance tentang prioritas Kristen di Fox News.
Kemudian lainnya membahas lebih dalam kritik mendiang Paus Fransiskus terhadap JD Vance dengan menggunakan konsep Katolik "ordo amoris" untuk membenarkan kebijakan imigrasi pemerintahan Donald Trump.
JD Vance bertemu dengan Paus Fransiskus hanya beberapa jam sebelum wafatnya Paus pada Senin Paskah (21/4/2025).
Pemimpin agama tersebut awalnya menolak mentah-mentah orang yang pindah agama menjadi Katolik itu, tetapi JD Vance akhirnya diizinkan bertemu secara pribadi.
"Saya senang melihatnya kemarin, meskipun dia jelas sakit parah," JD Vance kemudian berbagi di media sosial. "Itu sungguh sangat indah."
Menyusul pengumuman Vatikan tentang pemilihan Paus Leo XIV, Donald Trump menggunakan media sosial untuk merayakan pengangkatan seorang paus Amerika.
"Selamat kepada Kardinal Robert Francis Prevost, yang baru saja diangkat menjadi Paus," tulis presiden di Truth Social.
"Merupakan suatu kehormatan untuk mengetahui bahwa ia adalah Paus Amerika pertama. Sungguh menggembirakan, dan merupakan Kehormatan Besar bagi Negara kita. Saya berharap dapat bertemu dengan Paus Leo XIV. Ini akan menjadi momen yang sangat berarti!"
Namun, Donald Trump awalnya memiliki rencana untuk memilih kardinal Amerika yang lain untuk peran tersebut.
Setelah bercanda dengan wartawan sebelum konklaf kepausan bahwa ia ingin menjadi paus berikutnya, presiden menawarkan pilihan dari kota kelahirannya.
"Saya harus katakan bahwa kita memiliki seorang kardinal yang kebetulan berasal dari tempat bernama New York dan sangat baik," katanya, mungkin merujuk pada Uskup Agung New York Timothy Dolan.
"Kita lihat saja apa yang terjadi."
Dolan menyampaikan doa tersebut dalam upacara pelantikan kedua Donald Trump pada bulan Januari.
Ia juga memimpin misa pemakaman Paus Fransiskus di Katedral St. Patrick yang terkenal di New York City pada hari Sabtu, 26 April.
Sebelum konklaf, para ahli agama mengatakan bahwa penunjukan seorang paus Amerika tidak mungkin terjadi.
"Saya pikir tidak ada peluang bagi seorang Paus Amerika hanya karena Amerika Serikat sudah begitu berkuasa di dunia," kata Dr. Bill Cavanaugh, seorang profesor studi Katolik di Universitas DePaul. (*)