JAKARTA - Warga Desa Bojongkulur, Kecamatan Gunung Putri, Kabupaten Bogor, dikabarkan akan menggelar aksi damai pada Minggu (4/1/2025), akibat wilayahnya yang kerap menjadi langganan banjir.
Aksi ini pun mendapat dukungan dari warga Vila Nusa Indah 5, Desa Ciangsana, imbas dari banjir hebat hingga ketinggian 1-4 meter yang terjadi pada awal Maret lalu.
Ferry Pakpahan, warga Vila Nusa Indah 5 yang ditunjuk sebagai orator aksi membenarkan bakal aksi tersebut. Kata dia, sudah sekian puluh tahun lamanya menetap di perumahan itu, inilah banjir yang paling banyak merugikan warga.
"Selama ini tidak pernah banjir setinggi 1,5 meter di tempat kami. Ini sudah status darurat dan sangat parah luar biasa," kata Ferry.
"Warga Vila 5 yang terdampak, khususnya RW 13 sangat mendukung aksi warga desa Bojongkulur yang kondisi banjir lalu ketinggian air masuk rumah mencapai 3-4 meter. Lebih parah dari tempat kami. Pemerintah daerah jangan cuma narik pajak, tapi perhatikan situasi ini. Jangan sibuk ngonten," ujar Ferry singgung Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi yang dikenal suka "ngonten" di media sosial.
Ferry mengungkap, pemerintah harusnya tidak sekedar sibuk urusan hilir membuldozer tempat wisata dan di hulu membersihkan rumah warga yang ganggu kelancaran air.
"Coba perhatikan juga pabrik-pabrik yang berdiri di samping sungai. Apakah pabrik itu perhatikan dampak pendangkalan sungai dan pencemarannya? Berani Gubernur Dedi Mulyadi (Bapak Aing) bikin konten nindak pabrik?," tanyanya.
Hasil penelusuran, perusahaan Sinar Primera Industrial Narogong (SPIN) membuka lahan untuk gudang dengan luas 26 hektar di Narogong, Bekasi, Jawa Barat. Berdasarkan website perusahaan itu, Direktur Sinar Primera Grup adalah Deddy Djajaria dan Kah Jin Hong sebagai pimpinan perusahaan.
Gudang ini berada persis di samping sungai Cileungsi. Saat hujan, air bah tanah merah meluncur deras ke sungai tersebut. Laporan dari warga setempat, air dari pekerjaan itu meluncur deras bersama tanah ke sungai.
"Itu juga yang kami kecam. Sudah pasti pendangkalan sungai akan lebih parah. Bukan cuma soal air, pabrik itu juga membuat kebisingan yang sampai sekarang belum pernah ditindak pemerintah desa. Apalagi pemda Bogor. Entahlah modusnya apa?" ujar Ferry.
Pada aksi nanti, kata Ferry, kami meminta pemerintah tidak tebang pilih mengatasi banjir. Sungai Cileungsi mesti ada pengerukan akibat pendangkalan dan lainnya.
"Sehingga banjir mendatang tidak kembali terulang," kata dia.