JAKARTA - Kelompok aktivis lingkungan Inggris Just Stop Oil telah mengadakan demonstrasi terakhirnya di London, mengakhiri tiga tahun aksi protes iklim yang menarik perhatian karena mereka mengalihkan fokus mereka dari pembangkangan sipil.
Pada Sabtu (26/4/2025), ratusan pendukung berjalan dengan damai melalui pusat ibu kota Inggris, dari gedung parlemen hingga kantor pusat perusahaan minyak dan gas raksasa Shell, di mana mereka melepas rompi oranye mencolok yang mereka kenakan.
Kelompok ini terutama berkampanye agar Inggris mengakhiri ekstraksi minyak dan gas pada tahun 2030 dan telah menjadi salah satu organisasi protes paling terkenal di negara itu.
Pada bulan Maret, kelompok tersebut mengumumkan akan menghentikan protesnya yang menjadi berita utama, dengan alasan telah mencapai tujuan awalnya untuk menghentikan Inggris menyetujui proyek minyak dan gas baru.
Lebih dari 3.000 pengunjuk rasa Just Stop Oil telah ditangkap sejak didirikan pada tahun 2022 dan 11 dari mereka saat ini berada di penjara, termasuk salah seorang pendiri berusia 58 tahun Roger Hallam. Lima orang lainnya akan dijatuhi hukuman pada bulan Mei.
Aksi yang dilakukan oleh para aktivisnya termasuk menargetkan lukisan Bunga Matahari karya Vincent van Gogh dengan sup tomat dan mencoret bangunan bersejarah Stonehenge dengan bubuk cat oranye.
Mereka juga mengganggu acara teater dan olahraga, termasuk pertandingan tenis di Wimbledon.
Selama bertahun-tahun, tindakan tersebut telah menuai kecaman dari politisi, polisi dan sejumlah masyarakat.
Namun kelompok tersebut mengklaim kemenangan setelah pemerintahan Buruh Inggris menghentikan izin eksplorasi minyak dan gas baru di Laut Utara.
Namun, Partai Buruh telah menjauhkan diri dari Just Stop Oil. Perdana Menteri Keir Starmer mengkritik tindakannya dan mengatakan para pengunjuk rasa harus menghadapi hukuman yang setimpal.
Mel Carrington, juru bicara kelompok protes tersebut, mengatakan bahwa meskipun tindakan mereka “sangat efektif untuk mendapatkan perhatian pers”, terpilihnya kembali Donald Trump, seorang skeptis perubahan iklim, sebagai presiden AS telah membuat pekerjaan mereka menjadi lebih sulit.
“Penindasan tersebut membuat mobilisasi menjadi lebih sulit, dan lingkungan eksternal telah berubah,” ungkapnya kepada kantor berita AFP.
Just Stop Oil masih malu-malu mengenai strategi masa depannya, tetapi telah mengatakan bahwa pihaknya akan "terus mengatakan kebenaran di pengadilan, membela tahanan politik kami, dan menentang undang-undang anti-protes yang represif di Inggris".
“Di balik layar, kami tengah bekerja sama dengan kelompok-kelompok (yang serupa) lainnya… untuk mengembangkan strategi untuk langkah selanjutnya,” kata Carrington. (*)