JAKARTA - Dalam tradisi Islam, istilah mujahadah sering terdengar di berbagai majelis ilmu, pesantren, hingga praktik spiritual harian umat Muslim.
Berasal dari akar kata “jahada” yang berarti berjuang atau bersungguh-sungguh, mujahadah merupakan sebuah konsep perjuangan batin yang mendalam.
Ia merujuk pada usaha sungguh-sungguh dalam melawan hawa nafsu, menjaga keistiqamahan dalam beribadah, serta menempuh jalan Allah dengan penuh kesabaran dan kesungguhan.
Menurut para ulama, mujahadah merupakan bagian dari cabang jihad akbar, yaitu jihad melawan diri sendiri. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam al-Bayhaqi, Rasulullah SAW menyebutkan bahwa "jihad melawan hawa nafsu adalah jihad terbesar."
Lantas, apa saja bentuk-bentuk mujahadah dalam praktik keseharian? Simak ulasannya berikut ini.
Mujahadah An-Nafs (Melawan Hawa Nafsu)
Ini merupakan bentuk mujahadah paling dasar, yaitu berusaha menahan diri dari dorongan syahwat, amarah, sifat tamak, dan kecenderungan buruk lainnya.
Mujahadah an-nafs menjadi latihan terus-menerus untuk menundukkan diri pada nilai-nilai kebaikan, terutama saat seseorang menghadapi godaan duniawi. Banyak ulama menyebut ini sebagai jihad paling berat karena musuhnya adalah diri sendiri.
Mujahadah Fil ‘Ibadah (Bersungguh-sungguh dalam Ibadah)
Menjalankan ibadah secara konsisten, tepat waktu, dan penuh kekhusyukan juga merupakan bentuk mujahadah. Menjaga salat lima waktu, bangun untuk salat malam, memperbanyak dzikir, dan membaca Al-Qur`an setiap hari adalah contoh nyata perjuangan ibadah.
Mujahadah Bis Shabr (Bersabar dalam Ujian Hidup)
Sabar bukan hanya menahan emosi saat menghadapi musibah, tetapi juga sabar dalam taat, sabar meninggalkan maksiat, dan sabar menerima ketetapan Allah.
Menjalani hidup dalam keterbatasan, tetap jujur dalam berdagang, atau tetap tegar dalam dakwah merupakan bentuk mujahadah bis shabr.
Mujahadah dalam Menuntut Ilmu
Belajar ilmu agama dan memperjuangkan pendidikan juga termasuk mujahadah. Perjuangan mencari ilmu yang diridhai Allah, baik melalui pesantren, madrasah, atau pendidikan formal, menuntut keikhlasan, kedisiplinan, dan pengorbanan waktu serta tenaga.