KYIV - Senjata yang menewaskan sedikitnya delapan orang dalam serangan udara besar Rusia di Kyiv semalam adalah rudal balistik KN-23 (KN-23A) Korea Utara, sumber militer Ukraina mengatakan kepada Reuters pada hari Kamis.
Rudal itu menghantam sebuah bangunan tempat tinggal di distrik Sviatoshynskyi di sebelah barat pusat kota Kyiv, kata sumber itu.
Sekitar 10 orang masih hilang pada pagi hari, dengan beberapa orang mungkin terkubur di bawah puing-puing, kata pejabat di lokasi tersebut.
Rusia belum mengomentari secara langsung serangan tersebut, dengan Kremlin hanya mengatakan bahwa serangan tersebut telah mengenai target "militer dan yang berdekatan dengan militer". Rusia dan Korea Utara telah membantah transfer senjata yang akan melanggar embargo PBB.
Kerja sama militer Rusia dengan Korea Utara tumbuh pesat karena Moskow menjadi terisolasi secara internasional setelah menginvasi Ukraina pada Februari 2022.
Ukraina mengatakan Korea Utara telah memasok Rusia dengan sejumlah besar peluru artileri serta sistem roket, ribuan tentara dan rudal balistik, yang mulai digunakan Moskow untuk menyerang Ukraina pada akhir tahun 2023.
Pada awal tahun 2025, Pyongyang telah memasok Rusia dengan 148 rudal balistik KN-23 dan KN-24, kata badan mata-mata militer Ukraina.
Rudal KN-23 (KN-23A) dipersenjatai dengan hulu ledak hingga satu ton, yang lebih kuat daripada rudal Rusia yang setara, kata sumber Ukraina.
Militer Ukraina belum secara terbuka mengatakan rudal apa itu. Dalam pernyataannya setelah serangan Rusia, Kyiv mengatakan tujuh rudal balistik digunakan secara total, mengidentifikasinya secara luas sebagai Iskander-M/KN-23.
Keterlibatan Korea Utara di Ukraina telah membuat khawatir tidak hanya ibu kota Eropa tetapi juga Korea Selatan dan sekutunya di Asia, yang khawatir bahwa pelajaran yang dipelajari dari perang dapat menimpa mereka suatu hari nanti.