JAKARTA - Perut buncit sering kali dianggap hanya sebagai persoalan estetika, terutama di tengah meningkatnya tren gaya hidup sehat dan bentuk tubuh ideal.
Padahal, menurut para ahli medis, perut buncit merupakan tanda adanya akumulasi lemak viseral, yaitu lemak yang menyelimuti organ dalam seperti hati, pankreas, dan usus.
Lemak jenis ini justru jauh lebih berbahaya daripada lemak subkutan yang berada di bawah kulit. Peningkatan lemak viseral dalam tubuh erat kaitannya dengan berbagai gangguan metabolik dan penyakit kronis.
Tak jarang, orang dengan perut buncit berisiko lebih tinggi mengalami masalah kesehatan meskipun memiliki berat badan yang tampaknya normal. Gaya hidup modern seperti pola makan tinggi kalori, kurang olahraga, stres, dan kebiasaan begadang menjadi faktor utama yang memicu pembentukan lemak di area perut.
Sejumlah studi medis menunjukkan bahwa lingkar perut yang melebihi batas normal—yakni 90 cm untuk pria dan 80 cm untuk wanita—berkorelasi kuat dengan meningkatnya risiko penyakit serius.
Berikut ini beberapa penyakit yang berpotensi timbul akibat perut buncit yang patut diwaspadai:
1. Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah
Perut buncit merupakan indikator adanya resistensi insulin dan kadar kolesterol jahat (LDL) yang tinggi, yang memicu penyempitan dan pengerasan pembuluh darah (aterosklerosis).
Kondisi ini dapat berujung pada penyakit jantung koroner, serangan jantung, dan stroke. Lemak viseral juga dapat menyebabkan peradangan kronis yang merusak jaringan pembuluh darah secara perlahan.
2. Diabetes Tipe 2
Orang dengan perut buncit memiliki risiko tinggi terkena diabetes tipe 2, akibat menurunnya sensitivitas tubuh terhadap insulin.
Kadar gula darah yang tidak terkontrol dalam jangka panjang berpotensi merusak organ-organ vital seperti ginjal, mata, dan saraf. Diabetes juga meningkatkan risiko komplikasi jantung dan infeksi.
3. Hipertensi (Tekanan Darah Tinggi)
Lemak di sekitar perut menghasilkan zat kimia yang dapat mengganggu sistem hormonal tubuh, termasuk hormon pengatur tekanan darah. Hal ini menyebabkan peningkatan tekanan darah secara perlahan, yang dalam jangka panjang membebani kerja jantung dan dapat menimbulkan gagal jantung jika tidak ditangani dengan baik.
4. Fatty Liver (Perlemakan Hati Non-alkoholik)
Kelebihan lemak di perut juga berkaitan erat dengan penumpukan lemak di organ hati, meskipun seseorang tidak mengonsumsi alkohol. Jika dibiarkan, kondisi ini bisa berkembang menjadi sirosis atau bahkan kanker hati.
Fatty liver sering kali tidak menunjukkan gejala dini, sehingga perlu deteksi rutin terutama bagi mereka yang mengalami obesitas abdominal.
5. Gangguan Pernapasan dan Tidur
Perut buncit dapat menekan diafragma dan mengganggu fungsi paru-paru, sehingga menyebabkan napas menjadi pendek dan meningkatkan risiko sleep apnea (gangguan pernapasan saat tidur).
Sleep apnea bisa menyebabkan kantuk di siang hari, menurunkan kualitas hidup, dan memperburuk risiko kardiovaskular.