• News

Begini Perkembangan Sirkus yang Diperingati Tiap 17 April

M. Habib Saifullah | Kamis, 17/04/2025 05:05 WIB
Begini Perkembangan Sirkus yang Diperingati Tiap 17 April Ilustrasi pertunjukan sirkus (Foto: Unsplash/Becky Phan)

JAKARTA - Setiap tahunnya, pada 17 April komunitas internasional merayakan Hari Sirkus Sedunia (World Circus Day), sebuah peringatan ini merupakan ajang global untuk menghargai warisan budaya yang telah menghibur umat manusia selama ribuan tahun.

Sirkus, sebagai bentuk seni pertunjukan tertua di dunia, tidak hanya menampilkan atraksi fisik yang menantang, tetapi juga menyatukan unsur seni, budaya, dan tradisi dari berbagai penjuru dunia.

Hari Sirkus Sedunia pertama kali dicanangkan pada tahun 2010 oleh Putri Stéphanie dari Monako, yang juga menjabat sebagai presiden World Circus Federation.

Peringatan ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran global terhadap nilai-nilai kebudayaan dalam dunia sirkus, serta memperjuangkan pelestarian seni pertunjukan yang semakin terpinggirkan di tengah dominasi hiburan digital.

Melansir dari berbagai sumber, sirkus sendiri memiliki akar sejarah yang panjang. Jejak awalnya dapat ditelusuri hingga ke peradaban Romawi, di mana atraksi seperti balap kereta dan pertarungan gladiator berlangsung di arena besar yang disebut "circus"

Namun bentuk sirkus modern mulai berkembang di Eropa abad ke-18, khususnya di Inggris, melalui pertunjukan berkuda dan akrobat yang dilakukan di arena melingkar. Dari sinilah istilah "circus" modern lahir dan menyebar ke berbagai negara.

Memasuki abad ke-19 dan awal abad ke-20, sirkus menjadi hiburan massal yang sangat populer. Banyak kelompok sirkus keliling terkenal bermunculan, seperti Ringling Bros. and Barnum & Bailey Circus di Amerika Serikat.

Mereka melakukan perjalanan dari kota ke kota, membawa serta rombongan akrobat, pesulap, badut, penari, dan hewan-hewan eksotis. Kala itu, sirkus merupakan puncak dari hiburan rakyat yang mampu menghibur semua kalangan, dari anak-anak hingga orang tua.

Namun memasuki era 1980-an ke atas, popularitas sirkus mulai mengalami penurunan, terutama karena isu kesejahteraan hewan dan perubahan selera masyarakat yang lebih menyukai hiburan digital dan teknologi.

Banyak pertunjukan sirkus tradisional kehilangan penonton, bahkan harus gulung tikar. Sebagai respons terhadap kritik dan perkembangan zaman, sejumlah kelompok sirkus mulai bertransformasi menjadi sirkus kontemporer, seperti Cirque du Soleil, yang menekankan elemen artistik tanpa penggunaan hewan.

Di berbagai negara, Hari Sirkus Sedunia dirayakan dengan parade, pertunjukan terbuka, lokakarya, dan pameran seni sirkus. Di era pascapandemi, sebagian besar perayaan juga dilakukan secara daring agar dapat menjangkau audiens global.

Bagi para seniman sirkus, hari ini menjadi saat yang membanggakan untuk menunjukkan kepada dunia bahwa sirkus bukan hanya hiburan kuno, tetapi juga bentuk seni hidup yang terus berkembang dan relevan.