• News

Sejarah Hari Roh Manusia Sedunia yang Jatuh pada 17 Februari

M. Habib Saifullah | Senin, 17/02/2025 09:05 WIB
Sejarah Hari Roh Manusia Sedunia yang Jatuh pada 17 Februari Ilustrasi yoga atau meditasi dalam rangka memperingati Hari Roh Manusia Sedunia (FOTO: BIGSTOCK)

Katakini.com - Setiap tanggal 17 Februari, dunia memperingati Hari Roh Manusia Sedunia atau World Human Spirit Day. Hari ini ditujukan untuk merenungkan makna kehidupan, meningkatkan kesadaran spiritual, serta memahami koneksi antara tubuh, pikiran, dan jiwa.

Sejarah Hari Roh Manusia Sedunia berawal dari gagasan seorang motivator spiritual asal Amerika Serikat bernama Michael Levy. Ia mencetuskan peringatan ini untuk mengajak manusia kembali ke dalam diri mereka sendiri, menemukan kedamaian batin, dan merenungkan esensi spiritual dalam kehidupan.

Dalam dunia yang semakin sibuk dengan teknologi dan rutinitas, hari ini hadir sebagai pengingat untuk meluangkan waktu sejenak, beristirahat dari hiruk-pikuk dunia, dan mendekatkan diri kepada aspek spiritualitas.

Latar belakang peringatan ini didasarkan pada kepercayaan bahwa manusia lebih dari sekadar tubuh fisik, tetapi juga memiliki roh dan energi yang menghubungkan mereka dengan alam semesta.

Dalam berbagai tradisi dan agama, konsep roh manusia telah lama menjadi bagian dari filsafat dan keyakinan spiritual. Hari Roh Manusia Sedunia bukan hanya tentang agama tertentu, tetapi lebih kepada kesadaran universal bahwa manusia memiliki dimensi spiritual yang perlu dijaga dan dikembangkan.

Tujuan utama dari peringatan ini adalah untuk menumbuhkan kesadaran akan pentingnya kesehatan mental dan spiritual. Banyak orang merasa terjebak dalam tekanan hidup, pekerjaan, dan ekspektasi sosial, sehingga lupa untuk menjaga keseimbangan batin.

Pada hari ini, masyarakat diajak untuk merenung, bermeditasi, berdoa, atau sekadar menikmati keheningan untuk menyegarkan kembali energi positif dalam diri mereka.

Selain itu, Hari Roh Manusia Sedunia juga bertujuan untuk menginspirasi orang-orang agar lebih terbuka terhadap konsep cinta, kedamaian, dan empati. Dunia yang penuh konflik dan ketegangan sering kali membuat manusia lupa akan nilai-nilai kemanusiaan yang mendasar.

Dengan merenungkan keberadaan diri dan memahami spiritualitas, diharapkan manusia bisa lebih harmonis dalam menjalani kehidupan dan menjalin hubungan dengan sesama.