7 Negara Paling Rawan Gempa, Indonesia Nomor 2

M. Habib Saifullah | Jum'at, 20/12/2024 13:30 WIB
7 Negara Paling Rawan Gempa, Indonesia Nomor 2 Ilustrasi sebuah mobil tertimpa puing-puing bangunan akibat gempa bumi (Foto: Reuters)

JAKARTA - Gempa bumi merupakan salah satu bencana alam yang tidak dapat diprediksi secara akurat, tetapi beberapa negara di dunia lebih sering mengalaminya karena letaknya berada di jalur seismik aktif.

Negara-negara ini terletak di dekat perbatasan lempeng tektonik, zona subduksi, atau jalur gunung berapi aktif seperti "Cincin Api Pasifik." Berikut ini tujuh negara paling sering dan paling rawan gempa bumi di dunia:

1. Jepang

Jepang adalah salah satu negara yang paling rawan gempa di dunia. Negara ini terletak di persimpangan empat lempeng tektonik utama: Lempeng Pasifik, Lempeng Eurasia, Lempeng Filipina, dan Lempeng Amerika Utara. Aktivitas pergerakan lempeng ini sering memicu gempa bumi berkekuatan besar.

Contoh nyata adalah gempa Tohoku pada tahun 2011, yang menyebabkan tsunami besar dan krisis nuklir di Fukushima. Jepang juga dikenal memiliki sistem deteksi gempa yang sangat maju dan infrastruktur tahan gempa untuk meminimalkan kerugian akibat gempa.

2. Indonesia

Indonesia terletak di jalur "Cincin Api Pasifik," yang merupakan wilayah dengan aktivitas seismik dan vulkanik paling aktif di dunia. Negara ini berada di pertemuan tiga lempeng tektonik utama: Lempeng Indo-Australia, Lempeng Eurasia, dan Lempeng Pasifik.

Gempa bumi sering terjadi di berbagai daerah, seperti gempa dan tsunami di Aceh pada tahun 2004, yang menjadi salah satu bencana alam terbesar dalam sejarah. Selain itu, gempa di Palu (2018) dan Lombok (2018) menunjukkan betapa rentannya wilayah Indonesia terhadap gempa.

3. Chili

Chili adalah negara yang sangat rawan gempa karena berada di sepanjang zona subduksi di tepi barat Lempeng Amerika Selatan, tempat Lempeng Nazca menyusup ke bawahnya.

Negara ini mengalami beberapa gempa terbesar dalam sejarah modern, termasuk gempa Valdivia pada tahun 1960 dengan magnitudo 9,5, gempa terkuat yang pernah tercatat.

Selain itu, Chili memiliki gunung berapi aktif yang juga dapat memicu gempa vulkanik. Pemerintah Chili telah mengembangkan teknologi dan infrastruktur untuk menghadapi bencana gempa.

4. Turki

Turki berada di wilayah yang rentan terhadap gempa karena letaknya di pertemuan Lempeng Eurasia dan Lempeng Anatolia. Zona patahan Anatolia Utara sangat aktif secara seismik, menyebabkan gempa berkekuatan besar yang sering terjadi.

Salah satu gempa terbesar di Turki adalah gempa Izmit pada tahun 1999 dengan magnitudo 7,6, yang menyebabkan kerusakan besar dan ribuan korban jiwa. Dengan urbanisasi yang terus berkembang, risiko kerugian akibat gempa di Turki tetap tinggi.

5. Meksiko

Meksiko sering mengalami gempa bumi karena berada di atas pertemuan tiga lempeng tektonik: Lempeng Cocos, Lempeng Amerika Utara, dan Lempeng Pasifik. Zona subduksi di pantai barat Meksiko adalah penyebab utama gempa besar di negara ini.

Salah satu gempa besar adalah gempa Mexico City pada tahun 1985, yang menghancurkan sebagian besar kota dan menewaskan ribuan orang. Meskipun Meksiko kini memiliki sistem peringatan dini gempa, infrastruktur yang tua dan padat penduduk tetap menjadi tantangan.

6. Filipina

Filipina adalah negara lain yang berada di jalur "Cincin Api Pasifik," membuatnya sangat rentan terhadap gempa bumi dan aktivitas vulkanik. Negara ini berada di pertemuan Lempeng Pasifik dan Lempeng Filipina, yang sering memicu gempa berkekuatan besar.

Selain itu, banyak gunung berapi aktif di Filipina, seperti Gunung Pinatubo, yang letusannya sering diikuti oleh gempa. Gempa besar di Luzon pada tahun 1990, dengan magnitudo 7,8, adalah salah satu bencana gempa paling mematikan dalam sejarah negara tersebut.

7. Selandia Baru

Selandia Baru terletak di perbatasan Lempeng Pasifik dan Lempeng Indo-Australia, yang menjadikannya salah satu negara dengan aktivitas seismik tinggi. Gempa sering terjadi, terutama di Pulau Selatan dan Pulau Utara.

Gempa Christchurch pada tahun 2011 dengan magnitudo 6,3 adalah salah satu gempa paling merusak dalam sejarah Selandia Baru. Selain itu, negara ini memiliki banyak patahan aktif, seperti Patahan Alpide, yang terus bergerak.

Pemerintah Selandia Baru telah menerapkan standar bangunan tahan gempa yang ketat untuk mengurangi risiko kerusakan.