• Bisnis

Kepala NFA: Percaya lah, Pemerintah Seimbangkan Harga di Hulu dan Hilir

Eko Budhiarto | Jum'at, 23/02/2024 22:42 WIB
Kepala NFA: Percaya lah, Pemerintah Seimbangkan Harga di Hulu dan Hilir Kepala Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA) Arief Prasetyo Adi mendampingi Presiden Joko Widodo meninjau penyaluran bantuan pangan beras di Gudang Perum Bulog Paceda, Bitung, Sulawesi Utara, Jumat (23/2/2024). (foto:NFA)

BITUNG – Kepala Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA) Arief Prasetyo Adi menyatakan, pemerintah akan menyeimbangkan harga di hulu dengan hilir. Pernyataan ini disampaikan terkait kenaikan harga beras di pasaran.

"Kenapa harga beras saat ini tinggi? Harga beras itu ikut apa harga gabah, misalnya rata-rata Rp 8.000-8.500 memang harga berasnya akan Rp 16.000. Kenapa demikian? Memang ini terjadi di seluruh dunia ya, tidak hanya di Indonesia. Tapi percayalah bahwa pemerintah itu akan menyeimbangkan antara harga di hulu dengan harga di hilir," ujar Arief usai mendampingi Presiden Joko Widodo meninjau penyaluran bantuan pangan beras di Gudang Perum Bulog Paceda, Bitung, Sulawesi Utara, Jumat (23/2/2024).

Dalam kesempatan tersebut, Presiden menyampaikan latar belakang pemberian bantuan pangan beras.

“Saya lihat Bapak Ibu senang sekali ya, kenapa? Sudah terima yang 10 kilo (bantuan pangan beras)? Januari sudah ya, satu ya, ini Februari sudah, nanti dilanjutkan Maret April Mei Juni, siapa yang tidak setuju, tunjuk jari? Semua setuju ya? Nanti kalau APBN kita lihat, ada longgar, bisa dilanjutkan lagi setelah Juni, semua setuju ya? 10 kilo, 10 kilo, 10 kilo, sudah diterima semuanya,” ujar Presiden kepada 1.003 Keluarga Penerima Manfaat (KPM).

Kembali tentang kenaikan harga beras, Arief menyatakan harga beras  bergejolak lantaran produksi tengah mengalami depresiasi. Disparitas antara produksi dan konsumsi beras nasional terus mengalami defisit dalam delapan bulan terakhir

"Dalam delapan bulan terakhir, jumlah produksi versus konsumsi beras kita mengalami defisit. Meskipun total tahun 2023 kita masih surplus 340 ribu ton, tapi kemudian di Januari dan Februari 2024 ini, produksi versus konsumsi kita minus 2,8 juta ton," ungkap Arief.

Terkait indeks harga beras dunia, FAO (The Food and Agriculture Organization) dalam laporan terbarunya menyebutkan pada Januari tahun ini mencapai 142,8 poin. Indeks ini mengalami kenaikan 13 persen dibandingkan nilai tahun sebelumnya dan merupakan angka tertinggi selama 4 tahun terakhir. Untuk diketahui, indeks harga beras dunia tertinggi selama 2023 tercatat di Oktober 2023 dengan poin 142,4 poin.

"Hari ini dapat kita pahami beras itu sifatnya volatile (bergejolak), sehingga perintah Bapak Presiden terkait importasi beras sejak tahun lalu, itu sudah tepat dan benar. Bayangkan dalam kondisi hari ini, tapi negara tidak punya stok CPP (Cadangan Pangan Pemerintah), sementara pemerintah harus melakukan intervensi dalam mengatasi fluktuasi beras di masyarakat," terangnya.

"Dengan ini, polemik importasi sebenarnya terbantahkan hari ini karena pemerintah itu melakukan importasi untuk penguatan CPP dan itu stok yang kita pakai hari ini untuk melakukan stabilisasi. Intervensi berupa membanjiri beras Bulog ke pasar-pasar wajib dilakukan,” tandasnya.

Menyadur data Kerangka Sampel Area (KSA) Badan Pusat Statistik (BPS) amatan Desember 2023, prognosis luas panen untuk padi di Januari 2024 seluas 315 ribu hektar dan Februari 2024 naik ke 478 ribu hektar. Pada Maret 2024 luas panen padi semakin bertambah menjadi 1,15 juta hektar.

Dari itu, besaran produksi beras diproyeksi selama 3 bulan pertama 2024 ini dapat berada di angka 5,81 juta ton. Sementara kebutuhan konsumsi beras se-Indonesia selama 3 bulan adalah 7,62 juta ton beras. Dalam 3 bulan awal tahun ini, ada selisih antara produksi dan kebutuhan beras sejumlah 1,81 juta ton.

"Kita punya early warning system. Pada saat BPS telah menyusun KSA, terutama tanaman pangan, kita dapat mengetahui kondisi produksi tanaman pangan ke depan jauh-jauh hari. Dengan itu, berbagai langkah penguatan stok CPP telah kita pastikan bersama BUMN bidang pangan," ujar Arief.

"Terkait itu, kami close coordination dengan Bapak Menteri Pertanian yang hari ini bersama jajarannya bekerja keras untuk melakukan tanam. Jadi panennya bisa 2,5 juta ton per bulan dan ini confirm memang harus dikerjakan. Kemarin sempat tertunda tanam karena ada climate change El Nino di akhir tahun," kata Arief.

"Jadi sebenarnya beras itu ada dan kami jamin cukup. Masyarakat tidak perlu panic buying karena memang pemerintah sudah mempersiapkan jauh jauh hari, sehingga tidak perlu khawatir stok akan sangat cukup. Kemudian di Maret memang diproyeksikan akan panen 3,5 juta ton. Ini juga akan membantu penurunan harga beras, dengan tentunya nilai tukar petani tidak boleh turun signifikan," pungkasnya.

 

FOLLOW US