Modal Asing Kabur dari Indonesia Capai Rp6,68 Triliun
Bila dirinci, dalam periode tersebut modal asing masuk melalui pasar saham sebesar Rp 2,08 triliun
Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono mengatakan aliran modal asing masuk melalui pasar saham sebesar Rp 6,03 triliun
Modal Asing Keluar Rp1,61 Triliun dari Pasar Keuangan Domestik
Total modal asing masuk bersih di pasar SBN mencapai Rp 1,79 triliun, di pasar saham Rp 2,40 triliun, dan di SRBI Rp 2,73 triliun
Sejak awal tahun 2023 sampai dengan 28 Desember 2023 total modal asing masuk bersih di pasar SBN senilai Rp80,45 triliun dan di SRBI Rp52,81 triliun
Sejak 1 Januari hingga 30 November 2023 modal asing masuk bersih ke pasar SBN sebesar Rp71,69 triliun dan di SRBI Rp37,27 triliun
Sejak 1 Januari hingga 2 November 2023 modal asing bersih yang masuk ke pasar Surat Berharga Negara (SBN) senilai Rp53,43 triliun dan di SRBI Rp14,59 triliun
Dengan adanya aliran modal asing yang kabur ini, maka posisi cadangan devisa Indonesia di akhir September 2023 tersisa USD134,9 miliar
Selama periode 17-20 Juli, Bank Indonesia (BI) melaporkan aliran modal asing masuk bersih sebesar Rp4,67 triliun ke pasar keuangan domestik.
Angka ini terbagi dalam pembelian neto sebesar Rp 8,37 triliun di pasar Surat Berharga Negara (SBN) dan beli neto sebesar Rp 2,6 triliun di pasar saham
Aliran modal asing ini terbagi dalam pembelian neto sebesar Rp10,31 triliun di pasar SBN dan penjualan neto sebesar Rp 730 miliar di pasar saham
BI: Awal Maret, modal asing keluar Rp2,67 Triliun
Sejak Januari 2022 hingga 15 Desember 2022 terdapat modal asing keluar bersih (nett outflow) dari pasar SBN senilai Rp132,69 triliun
Bahlil Lahadali mengatakan Singapura, Tiongkok, dan Jepang menjadi sumber terbesar investasi ke dalam negeri
Di pasar saham, terdapat modal asing masuk ke pasar saham sebesar Rp72,78 triliun.
Indeks dolar AS juga tercatat menguat ke level 101,82.
Dengan aliran modal asing yang masuk, nilai tukar rupiah pun dibuka dengan sedikit melemah pada pagi ini di level Rp14.350 per dolar AS.
Bank sentral mencatat nila tukar rupiah sejak 1 Januari sampai dengan 18 April 2022 mengalami depresiasi sekitar 0,7 persen dibandingkan dengan level akhir 2021.
Kondisi ekonomi di dalam negeri cukup baik, dengan kepercayaan investor juga cenderung meningkat dan pandemi di dalam negeri cukup terkendali.