HNW Dorong Hafidz Amalkan Al Quran untuk Bangun Bangsa

Agus Mughni Muttaqin | Rabu, 08/05/2024 19:23 WIB

HNW Dorong Hafidz Amalkan Al Quran untuk Bangun Bangsa Wakil Ketua MPR Hidayat Nur Wahid atau HNW pada acara penyerahan Penghargaan Penghafal Al Quran Angkatan Ke-empat, Pondok Pesantren Tahfiz Al Quran dan Bahasa Arab Bina Madani, Harjasari, Bogor Selatan, Jawa Barat, Selasa (7/5/2024). (Foto: MPR)

JAKARTA - Wakil Ketua MPR Hidayat Nur Wahid atau HNW mengapresiasi ketekunan para santriwati dan keikhlasan para ustadzah yang telah mengantar anak didiknya menjadi penghafal 30 juz Al Quran.

Menurutnya, keberhasilan para santri menghafal, menjadi penanda jumlah Hafidz di Indonesia semakin banyak dan pesantren yang menjadikan santrinya sebagai penghafal Al Quran (hafidz) juga terus bertambah. Pertanda negara juga peduli terhadap eksistensi Pondok Pesantren.

"Bisa menghafal Al Quran adalah karunia Allah yang sangat penting untuk terus dijaga. Tetapi, Al Quran selain dihafalkan justru agar dapat diamalkan."

"Meski saat Al Quran dihafal dan amalkan, acapkali menimbulkan fitnah dan kecurigaan, sebagai aksi teroris dan radikalisme," ujar HNW dalam keterangan tertulisnya diterima di Jakarta, Rabu (8/5/24).

Baca juga :
Masa Depan Cerah Real Madrid, 5 Pemain Paling Top dengan Gol Dua Digit

Hal itu disampaikan pada penyerahan Penghargaan Penghafal Al Quran Angkatan Ke-empat, Pondok Pesantren Tahfiz Al Quran dan Bahasa Arab Bina Madani, Harjasari, Bogor Selatan, Jawa Barat, Selasa (7/5/2024).

Baca juga :
Huistra Akui Kecewa Gagal Boyong Borneo FC ke Final Championship Series

Lebih lanjut, HNW menilai mengamalkan Al-Quran dengan benar, berarti mengikuti jejak Rasul SAW teladan umat yang justru berakhlak mulia, memiliki jiwa sosial tinggi, memberi manfaat dan menjauhkan mudharat.

Dengan hal demikian, sehingga bisa membentuk negara yang jauh dari radikalisme, ekstrimisme tapi negara utama yaitu baldatun toyyibatun wa robbun Ghofur.

Baca juga :
Empat Laga Sepakbola Tanah Air Sukses Gunakan VAR Perdana

"Begitulah kandungan ayat-ayat Al Quran pada periode Mekkah. Periode yang mengajarkan aqidah/ideologi; cinta alam, lingkungan, cinta bangsa dan negara, menjadi jalan menuju SDM yang terbaik," ujar HNW.

Menurutnya, orang yang masuk kategori umat terbaik/Khoiru ummah, adalah mereka yang membawa Risalah Al Quran yang Rahmatan Lil Al-Alamin serta turut mewujudkan Baldatun Toyyibantun Wa robbun ghofur.

"Itulah sumbang sih yang harus dilakukan secara berkelanjutan dari pesantren dan para penghafal Al Quran," ujar HNW.

Indonesia, menurutnya, adalah warisan perjuangan para ulama bersama pahlawan2 bangsa yang harus dijaga agar busa diwariskan dengan benar, dengan tidak terjebak pada framing bahwa santri adalah anti Indonesia.

"Framing itu fitnah dan salah, dan itulah salah satu tantangan yang penting dihadapi para penghafal Al Quran. Bukan malah asik dengan dirinya saja tapi juga berdakwah dan memberi manfaat untuk orang banyak, bahkan untuk bangsa dan negaranya," ujar HNW.

Disinggung masih banyaknya umat Islam yang buta aksara Al Quran, HNW menyebut kondisi tersebut harus terus menjadi perhatian. Agar para penghafal Al Quran yang karenanya pasti pintar bacatulis Al Quran, penuh optimisme, memiliki medan juang yang tengah menanti kiprahnya.

"Apalagi sekarang, fenomena beragama, hidup subur terjadi di mana-mana. Contohnya memakai jilbab, kondisi yang tidak mudah itu kini bisa ditemukan disemua tempat, apalagi untuk mempelajari dan membaca Al Quran, tentunya lebih bisa dilaksanakan," ujarnya.

Karena itu, lanjut HNW, penting memasukkan materi metodologi baca tulis Al Quran dan mengajarkannya, agar para hafidz optimis dengan kegiatan yang dapat mereka kerjakan sesudah selesai menghafalkan Al Quran.

"Terus mengamalkan ajaran Al Quran yang menghadirkan SDM unggul yang membangun umat bangsa dan negara serta mengajarkan baca tulisnya kepada masyarakat luas,” ujarnya.

Berdasar data dari Institut Ilmu Qur`an (IIQ) Jakarta, pada 2022 sebanyak 3.111 orang muslim sebagai sampel yang tersebar di 25 Provinsi, 72.25 % diantaranya tidak mampu membaca Al-Qur`an.

Jumlah itu meningkat dibanding data Dewan Masjid Indonesia, yang menyebut, pada 2019 sebanyak 65% dari 223 juta umat musli, di Indonesia tak mampu membaca Al-Qur`an.

KEYWORD :
MPR HNW Hafidz Al Quran Indonesia