22.000 Warga Gaza Tewas, Israel Masih Terus Lancarkan Serangan

| Rabu, 03/01/2024 03:01 WIB
22.000 Warga Gaza Tewas, Israel Masih Terus Lancarkan Serangan Seorang wanita bereaksi sambil berdiri di depan sebuah rumah yang hancur akibat pemboman Israel di Rafah, di Jalur Gaza selatan. (AFP)

JAKARTA - Serangan Israel terus berlanjut di Jalur Gaza tanpa henti, karena jumlah korban tewas di wilayah kantong tersebut meningkat melebihi angka terbaru yaitu 22.000 jiwa.

Jumlah total warga Palestina yang tewas di Gaza sejak 7 Oktober kini mencapai 22.185 orang, sementara sedikitnya 57.000 orang terluka, Kementerian Kesehatan yang dikelola Hamas mengumumkan pada hari Selasa (2/1/2024).

Sementara itu, serangan udara dan darat terus terjadi di Jalur Gaza, termasuk di wilayah selatan, tempat ratusan ribu pengungsi diarahkan untuk mencari keselamatan.

Sekitar dua pertiga dari mereka yang tewas di tengah pemboman Israel di Gaza adalah perempuan dan anak-anak, menurut kementerian tersebut.

Israel melancarkan kampanyenya setelah serangan Hamas ke Israel selatan, yang menewaskan sekitar 1.140 orang dan menyebabkan sekitar 240 orang disandera.

Secara keseluruhan, 207 warga Palestina telah tewas dalam 15 serangan Israel selama 24 jam terakhir, kata kementerian kesehatan pada hari Selasa. Dilaporkan juga 338 orang terluka.

Dikutip dari Al Jazeera seperti yang dilaporkan Hani Mahmoud, melaporkan dari Khan Younis di selatan, mengatakan ada “pengeboman hebat” di wilayah tengah dan selatan tadi malam dan dini hari Selasa pagi.

“Ada laporan ledakan besar di dua wilayah tersebut, di Khan Younis dan kamp pengungsi di bagian tengah,” ujarnya.

Intensitas pemboman dan kenyataan bahwa banyak jalan dan infrastruktur hancur menghalangi ambulans untuk pergi ke lokasi sasaran dan membawa orang ke rumah sakit.

Pasukan Israel menyerang sebuah rumah di kota Deir el-Balah di Gaza tengah, dan mayoritas korban tewas adalah wanita dan anak-anak, kata kantor berita lokal Palestina, Wafa News Agency.

Di kamp pengungsi Nuseirat, juga di Gaza tengah, setidaknya seorang gadis tewas dan beberapa lainnya terluka setelah pesawat tak berawak Israel melepaskan tembakan ke pasar.

Sementara itu, di Khan Younis, Gaza selatan, empat orang dilaporkan tewas akibat pemboman Israel.

Lebih dari satu juta warga Palestina telah mengungsi dari Gaza utara sejak 13 Oktober, ketika militer Israel memerintahkan warganya untuk mengungsi ke selatan dengan pemberitahuan 24 jam sebelumnya.

Serangan terhadap pasukan Israel

Di kamp pengungsi Bureij di Gaza tengah, sayap bersenjata Hamas, Brigade Qassam, mengatakan pihaknya bentrok dengan pasukan Israel di bagian timur kamp, dan juga menargetkan tank Merkava Israel.

Brigade al-Quds, sayap bersenjata Jihad Islam, mengatakan bahwa para pejuangnya melakukan pertempuran bersenjata dengan tentara Israel di kamp pengungsi Bureij yang mengakibatkan cedera di antara para prajurit.

Sayap bersenjata juga mengumumkan bahwa mereka menargetkan militer Israel dengan mortir di daerah al-Mahatta di Khan Younis.

Sementara itu, militer Israel mengatakan pihaknya membunuh anggota Hamas yang menanam ranjau di sepanjang garis pantai Gaza dan di gedung-gedung di sekitarnya.

Tentara Israel mengatakan mereka juga membunuh tiga anggota Hamas dalam serangan udara setelah melihat mereka memasuki sebuah gedung di selatan Kota Gaza di utara.

Hilangnya `kekuasaan penuh`

Dengan setidaknya 22.000 warga Palestina dibantai di Gaza, Israel telah kehilangan “kekuasaan penuh” dari sekutu Barat, kata Adel Abdel Ghafar, peneliti senior di Dewan Urusan Global Timur Tengah.

“Ketika adegan pembantaian, pengungsi, kematian anak-anak dan kelaparan memenuhi layar kita, keadaannya benar-benar berubah,” katanya kepada Al Jazeera, seraya menambahkan bahwa demonstrasi besar-besaran pro-Palestina di seluruh Eropa dan Amerika Serikat telah memberikan tekanan pada para politisi, dengan beberapa orang Negara-negara Eropa seperti Belgia mengubah sikap mereka terhadap Gaza dan menyerukan gencatan senjata, namun Israel dengan tegas menolaknya.

“Menarik juga untuk mengawasi politik AS mengingat ini adalah tahun pemilu dan peringkat (Presiden AS Joe Biden) sedang turun,” kata Abdel Ghafar.

“Ini akan menjadi faktor perhitungannya di Tahun Baru ini.” (*)

 

FOLLOW US