JAKARTA - Gelembung tersebut 10.000 kali lebih lebar dari galaksi Bima Sakti dan terletak 820 juta tahun cahaya dari galaksi kita.
Sebuah tim astronom internasional telah menemukan “gelembung galaksi” pertama, sebuah struktur kosmik yang sangat besar dan berukuran satu miliar tahun cahaya dan diperkirakan merupakan sisa-sisa fosil setelah Big Bang.
Gelembung tersebut 10.000 kali lebih lebar dari galaksi Bima Sakti, menurut para ilmuwan yang membuat penemuan dan mempublikasikan temuan mereka minggu ini.
“Gelembung fenomenal ini adalah fosil dari masa Big Bang 13 miliar tahun lalu ketika alam semesta terbentuk,” kata anggota tim Cullan Howlett, dari Fakultas Matematika dan Fisika Universitas Queensland, dalam komentar yang diterbitkan pada hari Kamis (7/9/2023).
“Kami bahkan tidak mencarinya, namun strukturnya sangat besar sehingga tersebar hingga ke tepi sektor langit yang kami analisis,” kata Howlett dalam sebuah wawancara yang diterbitkan oleh University of Queensland.
“Ini mengerdilkan banyak struktur terbesar yang diketahui, seperti superkluster Sloan Great Wall dan Bootes, yang sebenarnya merupakan bagian dari gelembung ini,” katanya.
“Yang membuatnya lebih sulit dipercaya adalah lokasinya tepat di halaman belakang rumah kami,” tambahnya.
Gelembung tersebut berpusat sekitar 820 juta tahun cahaya dari galaksi kita, yang oleh para astronom disebut sebagai alam semesta terdekat.
Howlett mengatakan penemuan ini memberikan gambaran yang lebih jelas tentang laju perluasan alam semesta, dan temuan ini dapat merevolusi kosmologi.
“Analisis kami menunjukkan bahwa karena gelembung ini lebih besar dari perkiraan, alam semesta telah berkembang lebih jauh dari perkiraan semula,” katanya.
“Kini kita selangkah lebih dekat menuju perubahan besar di bidang kosmologi, yang mungkin memerlukan evaluasi ulang seluruh model alam semesta.”
Tidak Ada yang Hebat
Rekan anggota tim Daniel Pomarede, ahli astrofisika di Komisi Energi Atom Prancis, mengatakan gelembung galaksi dapat dianggap sebagai “cangkang bola yang memiliki hati”.
Di dalam jantung tersebut terdapat superkluster galaksi Bootes, yang dikelilingi oleh kehampaan luas yang terkadang disebut “Ketiadaan Besar”.
Cangkangnya berisi beberapa superkluster galaksi lain yang sudah diketahui sains, termasuk struktur masif yang dikenal sebagai Tembok Besar Sloan.
Pomarede mengatakan penemuan gelembung tersebut, yang dijelaskan dalam penelitian yang ia tulis bersama yang diterbitkan di The Astrophysical Journal minggu ini, adalah “bagian dari proses ilmiah yang sangat panjang”.
Penemuan ini juga menegaskan fenomena yang pertama kali dijelaskan pada tahun 1970 oleh kosmolog Kanada-Amerika – dan calon pemenang Hadiah Nobel fisika – Jim Peebles.
Dia berteori bahwa di alam semesta purba – yang saat itu berupa plasma panas – perputaran gravitasi dan radiasi menciptakan gelombang suara yang disebut osilasi akustik baryon (BAO).
Saat gelombang suara berdesir melalui plasma, mereka menciptakan gelembung.
Sekitar 380.000 tahun setelah Big Bang, proses tersebut berhenti ketika alam semesta mendingin, membekukan bentuk gelembung.
Gelembung-gelembung tersebut kemudian membesar seiring dengan mengembangnya alam semesta, mirip dengan sisa-sisa fosil lain setelah Big Bang.
Para astronom sebelumnya mendeteksi sinyal BAO pada tahun 2005 ketika melihat data dari galaksi terdekat. Namun gelembung yang baru ditemukan ini merupakan osilasi akustik baryon tunggal pertama yang diketahui, menurut para peneliti.
Para astronom menyebut gelembung mereka Ho`oleilana – yang berarti “mengirimkan gumaman kebangkitan” – mengambil nama dari nyanyian penciptaan di Hawaii.
Nama tersebut berasal dari penulis utama studi tersebut, Brent Tully, seorang astronom di Universitas Hawaii. (*)