• Kabar Pertanian

Kementan Gelorakan Pertanian Ramah Lingkungan Lewat Pelatihan Sejuta Petani dan Penyuluh

Agus Mughni Muttaqin | Jum'at, 21/07/2023 20:45 WIB
Kementan Gelorakan Pertanian Ramah Lingkungan Lewat Pelatihan Sejuta Petani dan Penyuluh Kepala BPPSDMP Kementan, Dedi Nursyamsi (tangah) dalam konferensi pers menjelang pelaksanaan Pelatihan Sejuta Petani dan Penyuluh Vol. 7 Tahun 2023, Jumat (21/7). (Foto: Kementan)

JAKARTA - Badan Penyuluh dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP), Kementerian Pertanian (Kementan) mengajak petani untuk kembali menerapkan pertanian yang ramah lingkungan.

Menteri Pertanian (Mentan), Syahrul Yasin Limpo mengatakan, pelaku pertanian dituntut membuat pertanian agar lebih ramah lingkungan sekaligus berdapatasi dengan fenomena alam lainnya, sehingga produktivitas dan keragaman komoditi pertanian bisa dicapai.

"Peningkatan produksi pertanian harus berbasis keberlanjutan dengan menjaga ekosistem agar tetap sehat dan menghindari eksploitasi sumber daya alam yang berlebihan," ucap Mentan Syahrul.

Sementara itu, Kepala BPPSDMP, Dedi Nursyamsi pertanian ramah lingkungan merupakan teknik pertanian yang dalam pelaksanaannya menggunakan mikroorganisme yang menguntungkan serta berbahan organik, sehingga agroekositsem menjadi seimbang baik di bawah tanah maupun di atasnya.

"Pertanian ramah lingkungan ini sangat penting dan strategis, apalagi saat ini ternyata harga sarana produksi terutama pupuk dan pestisida sedang gak karuan, sedang gila-gilaan," kata Dedi dalam konferensi pers menjelang pelaksanaan Pelatihan Sejuta Petani dan Penyuluh Vol. 7 Tahun 2023, Jumat (21/7).

"Tapi di lain pihak, ternyata masih banyak saudara-saudara, keluarga, petani, praktisi pertanian kita, terutama di lahan intensif mengelola lahannya dan pertaniannya secara ugal-ugalan," sambungnya.

Dedi melanjutkan, pengelolaan pertanian secara ugal-ugalan, penggunaan pupuk pestisida dan urea termasuk intensifikasi berlebihan itu dapat merusak lingkungan.

"Pengelolaan pertanian secara berlebihan dan ugal-ugalan menyebabkan tanah kita hancur, udara hancur, air hancur, dan lingkungan kita hancur. Kalau itu yang terjadi maka tunggu bumerang ekologis, bumi akan marah. El Nino, La Nina, serangan OPT itu akan karu-karuan," tuturnya.

Selain merusak lingkungan dan pemborosan, lanjut Dedi, pemupukan kimia secara berlebihan juga dapat memicu terhadap gangguan kesehatan manusia, seperti kanker.

"Termasuk penggunaan pektisida yang berlebihan, itu di dalamnya selain ada residu pestisida juga ada logam berat itu akan membunuh mikroba penyubur tanah. Dan yang paling berbahaya lagi kalau logam berat atau residu pestisida itu tersedot ke dalam siklus pangan. Jika semua itu masuk ke pencernaan maka akan menyebabkan kanker yang hebat. Ini disinyalir oleh pangan yang tercemar," kata Dedi.

Karenanya, kata Dedi, untuk kembali menyadarkan dan mengubah mindset petani akan pertanian ramah lingkungan, maka perlu didukung dengan peningkatan kompetensi dan kapasitas para petani dan penyuluh melalui pelatihan, salah satunya Pelatihan Sejuta Petani dan Penyuluh.

Mengenai keberlanjutan perilaku petani untuk kembali ke pertanian ramah lingkungan, Dedi meminta agar penyuluhan terus dilakukan secara kesinambungan agar bisa mengubah mindset petani.

"Stop kelola lahan pertanian secara ugal-ugalan. Minimalkan penggunaan pupuk kimia. Penggunaan pupuk organik yang harus digenjot. Ayo kita bijak terhadap bumi, dengan menerapkan pertanian ramah lingkungan. Jika kita pelihara bumi secara bijak maka bumi akan memelihara kita," imbuhnya.

Pelatihan ini akan dilaksanakan selama tiga hari pada 26-28 Juli 2023 secara online serentak di UPT Pelatihan Pertanian, Kantor Dinas Pertanian Provinsi dan Kabupaten/kota, dan Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) di seluruh Indonesia ataupun lokasi titik kumpul lainnya.

Kurikulum Pelatihan Sejuta Petani dan Penyuluh meliputi kebijakan pengembangan pertanian ramah lingkungan, landscaping lahan pertanian, teknologi konservasi tanah dan air, penerapan Integrated Farming sistem skala kecil dan industri, pemprosesan pestisida organik, pengenalan perencanaan usaha tani berbasis ekonomi sirkular.

FOLLOW US