• Oase

Sejarah Penyimpangan Masyarakat Jahiliyah di Jazirah Arab

Rizki Ramadhani | Rabu, 24/05/2023 07:30 WIB
Sejarah Penyimpangan Masyarakat Jahiliyah di Jazirah Arab ilustrasi patung berhala (foto:umma)

Jakarta - Masyarakat Arab sejak jaman dahulu memiliki sifat-sifat baik seperti jujur dan gemar memuliakan tamu. Namun, sudah banyak pula terjadi kemaksiatan, kezhaliman, dan khurafat.

Masyarakat jazirah Arab sangat mengagungkan Ka’bah sejak masa sebelum diutusnya nabi Muhammad ﷺ. Penduduk Mekah bahkan bangga dan bersemangat bisa membantu memberi makan dan minum kepada jama’ah haji.

Akan tetapi, orang dari keturunan nabi Ismail `alaihissalam pula yang pertama kali memprakarsai kesyirikan di jazirah Arab. Konon, penduduk Mekah selalu membawa batu dari Tanah Haram ketika melakukan perjalanan (safar). Jika tiba di suatu tempat, maka batu tersebut diletakan dan mereka berputar mengelilinginya sambil berdoa kepada Allah ﷻ Rabb Baitullah Al-Haram sebagaimana tawaf di Ka’bah.

Seiring pergantian zaman, generasi selanjutnya dari keturunan nabi Ismail `alaihissalam dari keturunan Adnan ini mengira batu itu adalah tuhan yang mampu mendekatkan mereka kepada Allah ﷻ. Mereka menjadikannya sebagai berhala. Penyimpangan inilah cikal-bakal penyembahan berhala oleh mereka.

Bentuk kesyirikan lain yang tersebar di bangsa Arab adalah mengaitkan nasib sial dengan sesuatu yang dilihat atau didengar (tathayyur). Orang-orang jahiliyyah zaman dahulu saat akan bersafar biasa mendatangi sekawanan burung tertentu lalu mengusirnya.

Seandainya sekelompok burung tersebut terbang ke arah kanan berarti pertanda kebaikan, maka mereka akan berangkat. Tapi jika burungnya terbang ke arah kiri maka pertanda kesialan, sehingga mereka tidak jadi bersafar. Mereka juga bertathayyur dengan bulan tertentu, seperti bulan Shafar.

Kesyirikan di jazirah Arab lainnya seperti penyembahan terhadap jin. Al-Qur’an mengabadikannya dalam surah (ke-72) Al-Jinn ayat 6,“Dan sesungguhnya ada beberapa orang laki-laki dari kalangan manusia yang meminta perlindungan kepada beberapa laki-laki dari jin, tetapi mereka (jin) menjadikan mereka (manusia) bertambah sesat.”

Dijelaskan dalam Tafsir Ibnu Katsir, bahwa tatkala mereka melewati suatu lembah dan khawatir ada jin-jin yang mengganggu, maka mereka memohon perlindungan kepada pimpinan lembah tersebut supaya anak buahnya tidak mengganggu.

Allah ﷻ berfirman dalam surah (ke-2) Al-Baqarah ayat 186,“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Aku, maka sesungguhnya Aku dekat. Aku kabulkan permohonan orang yang berdoa apabila dia berdoa kepada-Ku. Hendaklah mereka itu memenuhi (perintah)-Ku dan beriman kepada-Ku agar mereka memperoleh kebenaran.”

Inilah pentingnya mengenal sejarah tentang kesyirikan yang terjadi, yaitu agar tidak terjerumus ke dalam berbagai kesyirikan tersebut.

Semoga kita mampu memperoleh mutiara faedah dari sekelumit kisah ini. (Kontributor : Dicky Dewata)