• Oase

Raja Tubba` As`ad Mengimani Tanda kenabian dan Yatsrib Sebagai Kota Nabi

Rizki Ramadhani | Minggu, 21/05/2023 11:13 WIB
Raja Tubba` As`ad Mengimani Tanda kenabian dan Yatsrib Sebagai Kota Nabi Ilustrasi (foto:alif)

Jakarta - Tanda-tanda kenabian nabi Muhammad shallallahu `alaihi wasallam sudah ada sebelum beliau shallallahu `alaihi wasallam dilahirkan. Diantaranya adalah kisah yang dialami Tubba’ As’ad bin Kuraib bin Malikraba al-Yamani, seorang Raja di Yaman.

Tubba’ merupakan gelar raja-raja di Himyar, Yaman. Tubba’ As’ad adalah raja Yaman terakhir sebelum Rabi’ah bin Nashr merebut kekuasaannya. Dikisahkan Tubba’ As’ad sedang melakukan perjalanan.

Dalam safarnya ini, sang Raja Yaman mendatangi Yatsrib (Madinah). Bahkan beliau memutuskan salah seorang anaknya untuk menetap dan dibesarkan di Yatsrib. Selanjutnya, Tubba’ As’ad melanjutkan perjalanannya kembali ke Yaman.

Meringkas kisah, selang beberapa waktu setelahnya, sang Penguasa dari jazirah Arab Selatan ini mendengar kabar bahwa anaknya tersebut dibunuh oleh orang yang tidak dikenal di Yatsrib.

Tubba’ As’ad menjadi murka. Beliau segera kembali ke Yatsrib dengan membawa pasukan. Sang Raja berniat meluapkan kemarahannya, menghancurkan wilayah itu dan menghabisi penduduknya.

Penduduk Yatsrib pun berkumpul untuk menghadapi serangan dari Raja Yaman dan balatentaranya. Mereka dipimpin oleh ‘Amr bin Thallah, saudara dari bani al-Najjar.

Pasukan Yaman mulai menebangi pohon-pohon kurma. Tindakan ini menimbulkan kekesalan penduduk Yatsrib. Hingga akhirnya, Ahmar yang berasal dari bani ‘Adi bin al-Najjar membunuh salah seorang pengikut Tubba’ As’ad yang sedang memotong tangkai kurma.

Kemarahan sang Raja semakin tidak dapat dibendung. Maka terjadilah peperangan. Uniknya, kedua pasukan bertempur saat siang hari, namun penduduk Yatsrib membawakan berbagai hidangan makanan untuk menjamu pasukan Yaman sebagai tamu di malam hari.

Orang-orang Yatsrib menegaskan bahwa sesungguhnya mereka siap berperang melawan raja Tubba’ As’ad dan pasukannya di siang hari, tapi tetap menghormati dan meyenangkannya sebagai tamu di malam hari.

Pernyataan dan sikap mulia ini membuat Tubba’ As’ad kagum. Beliau pun berpendapat bahwa bangsa Yatsrib ini sangat istimewa, bahkan sanggup menghormati dan memuliakan musuhnya.

Kekaguman sang Penguasa Yaman semakin bertambah setelah Suhait dan Munabbih, dua rabbi Yahudi dari bani Quraidhah menemuinya. Kedua rabbi ini menasehati Raja Yaman untuk menghentikan ambisinya menghancurkan Yatsrib dan memusnahkan penduduknya. Jika mengabaikannya, maka mereka tidak akan selamat dari siksaan yang segera datang dari Allah ﷻ.

Kedua rabbi ini menjelaskan bahwa Yatsrib akan menjadi tempat hijrah dan tempat tinggal seorang nabi akhir zaman yang diutus dengan agama Ibrahim `alaihissalam. Nabi yang akan diutus tersebut berasal dari bangsa Quraisy di tanah Haram pada akhir zaman kelak.

Tubba’ As’ad pun percaya setelah mendengar penjelasan dua rabbi Yahudi yang sangat luas pengetahuannya ini. Beliau pun memeluk agama Yahudi. Sang Raja juga mengurungkan niatnya menghancurkan kota yang mulia ini dan kembali ke negerinya. Inilah awal mula Tubba’ As’ad membawa dua rabbi Yahudi itu ke Yaman.

Imam Ibnu Katsir rahimahullah dalam al-Bidayah wa al-Nihayah, mengisahkan kandungan syair dari Tubba’ As’ad yang menyatakan keimanannya kepada nabi Muhammad ﷺ. Penguasa Yaman ini juga mengungkapkan keinginannya menjadi saudara dan penolong serta berjihad bersama nabi utusan Allah ﷻ jika dapat berjumpa dalam masa hidupnya kelak.

Kaum Tubba’ ini bahkan pernah singgah di Mekah, mengagungkan Ka’bah, berthawaf di sekelilingnya dan menyelimuti Ka’bah dengan kain panjang.

Semoga sekelumit kisah ini mampu meningkatkan keimanan kita. (Kontributor : Dicky Dewata)