• Oase

Meragukan Janji Allah SWT?

Rizki Ramadhani | Jum'at, 07/04/2023 11:35 WIB
Meragukan Janji Allah SWT? Ilustrasi seorang ibu menyayangi anaknya (foto:posbekasi)

Jakarta - Sebagai hamba yang beriman dituntut untuk meyakini apa yang dijanjikan Allah Subhanahu wa ta`ala. Janji mendapatkan balasan yang baik atas amal salih yang dilakukan. Demikian pula sebaliknya, akan mendapat keburukan. Berikut ini salah satu kisah Allah Subhanahu wa ta`ala menepati janji-Nya kepada seorang ibu yang beriman.

Sebagaimana yang kita ketahui bahwa nabi Musa `alaihissalam lahir saat perburuan bayi laki-laki dari bani Israil sedang gencar dilakukan. Kemudian, Allah Subhanahu wa ta`ala mengilhamkan sang ibu untuk menghanyutkan putera tercintanya itu di sungai Nil. Ibunda beriman ini percaya Allah ﷻ akan mengembalikan Musa kepadanya.

Istri Fir’aun yang bernama Asiah melihat sosok bayi mungil yang ada di dalam keranjang itu dari kejauhan dan membawa ke istananya. Akhirnya Musa `alaihissalam yang masih bayi diangkat sebagai anak. Musa kecil diasuh dan dibesarkan bersama keluarga kerajaan Mesir lainnya.

Melanjutkan kisah, Musa kecil mulai menangis. Sebagai seorang bayi, Musa kecil juga membutuhkan susu. Namun anehnya, Musa kecil tidak mau menyusu kepada wanita manapun.

Keluarga istana menjadi kebingungan. Menyaksikan keadaan ini, maka saudari Musa `alaihissalam memberanikan diri mendekat. Dia mengusulkan agar Fir’aun menyewa sebuah keluarga untuk menyusui dan merawat Musa kecil dengan baik.

Dia juga bersedia menunjukkan kepada Fir’aun dan Asiah suatu keluarga yang akan sanggup memelihara dan berlaku baik kepada Musa kecil. Fir’aun pun menyetujui. Sang penguasa Mesir ini tidak menyadari bahwa keluarga tersebut adalah keluarga kandung Musa `alaihissalam sendiri.

Selanjutnya sebagaimana yang difirmankan Allah ﷻ dalam surah (ke-28) Al- Qashash ayat 13,

"Maka Kami kembalikan dia (Musa) kepada ibunya, agar senang hatinya dan tidak bersedih hati, dan agar dia mengetahui bahwa janji Allah adalah benar, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahuinya."

Musa `alaihissalam tumbuh di kerajaan Fir’aun sebagai anak yang bertubuh kuat dan memiliki pikiran yang cemerlang. Beliau `alaihissalam terkenal sebagai putera angkatnya Fir’aun yang hebat.

Kemudian Allah ﷻ berfirman dalam surah (ke-28) Al- Qashash ayat 14,

"Dan setelah dia (Musa) dewasa dan sempurna akalnya, Kami anugerahkan kepadanya hikmah (kenabian) dan pengetahuan. Dan demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik."

Nabi Musa `alaihissalam diangkat sebagai nabi di saat telah sempurna akal dan kedewasaannya. Berdasarkan pendapat Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu dalam tafsir Al-Qurthubi dan pendapat Mujahid dan Ibnu Zaid rahimahullah dalam tafsir Ath-Thabari, bahwa kondisi ini biasa dicapai oleh manusia yang telah berumur 40 tahun. Sehingga dapat disimpulkan bahwa nabi Musa `alaihissalam diangkat menjadi nabi dan diberi pengetahuan setelah berusia 40 tahun. Beliau `alaihissalam termasuk nabi yang mendapatkan gelar ulul azmi.

Semoga kisah ini dapat menjadi motivasi agar kita senantiasa beramal salih guna meraih rahmat dan janji Allah ﷻ.    (Kontributor :Dicky Dewata)

FOLLOW US