JAKARTA - Majelis Umum PBB menetapkan Hari Memerangi Islamofobia Internasional dalam sebuah resolusi yang disahkan oleh mayoritas dengan suara bulat pada tahun 2022, menetapkan 15 Maret sebagai hari perayaan liburan.
Organisasi Kerjasama Islam diwakili oleh Pakistan dalam pengenalan resolusi tersebut.
Itu untuk mengenang hari pada tahun 2019 di Christchurch, Selandia Baru, ketika seorang penembak melepaskan tembakan di dalam dua masjid, menewaskan 51 orang dan melukai 40 lainnya.
Resolusi tersebut secara resmi diperkenalkan oleh perwakilan PBB Pakistan, Munir Akram.
Dia mengatakan bahwa resolusi ini mengakui meningkatnya intoleransi, prasangka, dan kekerasan yang meluas terhadap anggota berbagai agama dan komunitas lainnya, terlepas dari siapa yang melakukannya.
Sejarah Hari Memerangi Islamofobia Internasional
Islamofobia adalah ketidaksukaan, teror, atau prasangka terhadap Islam atau Muslim pada umumnya, terutama jika dianggap sebagai kekuatan geopolitik atau sumber terorisme.
Definisi dan ruang lingkup yang tepat dari istilah `Islamophobia` sedang diperdebatkan.
Beberapa sarjana melihatnya sebagai bentuk xenofobia atau rasisme. Yang lain menganggap Islamofobia dan rasisme terkait erat atau sebagian tumpang tindih, sementara yang lain masih memperdebatkan hubungan antara keduanya karena agama bukanlah ras.
Islamofobia sangat mengkhawatirkan akhir-akhir ini karena muncul sebagai bentuk baru rasisme, yang ditunjukkan oleh xenofobia, pembuatan profil negatif, dan stereotip Muslim.
Selain itu, Akram mengamati bahwa aspek gender dari Islamofobia semakin menonjol.
Wanita dan anak perempuan menjadi sasaran karena pakaian yang mereka kenakan. Orang memegang gagasan umum bahwa perempuan Muslim tertindas dan karena itu harus dibebaskan.
Penetapan hari sedunia, menurut duta besar Guyana untuk Majelis Umum PBB, merupakan langkah penting dalam memerangi Islamofobia dan dampak merugikannya, yang mencakup akses terbatas ke pekerjaan, perumahan, dan pendidikan.
Tindakan di seluruh dunia akan membantu memerangi tindakan kekerasan yang meningkat terhadap Muslim dan komunitas Muslim di seluruh dunia.
Resolusi PBB menyatakan bahwa terorisme tidak dapat dan tidak boleh dikaitkan dengan agama, kebangsaan, kelompok etnis, atau peradaban apa pun.
Ini menyerukan upaya global yang lebih disengaja untuk mendorong dialog tentang promosi budaya toleransi dan perdamaian di seluruh dunia di semua tingkatan.
Resolusi tersebut meminta semua negara, badan PBB, masyarakat sipil, sektor swasta dan organisasi berbasis agama, serta organisasi internasional dan regional,
Garis Waktu Hari Memerangi Islamofobia Internasional
1. Tahun 1923 Penggunaan Pertama `Islamofobia` dalam bahasa Inggris
Istilah `Islamophobia` pertama kali muncul di `Journal of Theological Studies.`
2. Tahun 1989 Hasutan Umat Islam
Ayatollah Khomeini menghasut umat Islam untuk mencoba membunuh Salman Rushdie, penulis “The Satanic Verses.”
3. Tahun 2005 Sebuah Konstitusi Baru Lahir
Ziauddin Sardar, seorang sarjana Islam, menulis bahwa Islamofobia tersebar luas di Eropa, yang memiliki banyak tokoh politik anti-Muslim.
4. Tahun 2019 Akar Radikalisasi
Gideon Rachman menulis bahwa radikalisasi anti Islam di luar negara Muslim disebabkan oleh maraknya Islamisme intoleran di beberapa negara Muslim.
5. Kelompok yang mempromosikan Islamofobia di AS memiliki akses ke $206 juta antara tahun 2008 dan 2013. (*)