JAKARTA - Kapolri Jenderal Pol. Listyo Sigit Prabowo memaparkan strategi Polri dalam mengamankan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Bali, salah satunya menggelar Operasi Puri Agung 2022.
Dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Selasa (15/11/2022), jenderal bintang empat itu mengatakan seluruh kegiatan pengamanan terpantau melalui pusat komando (commad center) yang berada di Nusa Dua Bali.
“Dalam command center ini ada 16 fitur yang tersambung. Mulai dari pengamanan jalur, serangan siber, pengamanan unjuk rasa dan teror hingga kontijensi bencana alam,” kata Sigit.
Hampir semua aspek pengamanan jadi pemantauan jajaran Polri termasuk aspek cuaca, hingga peringatan dini gempa.
“Jadi apabila ada gempa ada peringatan sehingga personel kami mengikuti karena memang kami sudah persiapkan rencana kontijensi apabila terjadi bencana,” ujarnya.
Selain informasi gempa, pusat komando juga memiliki kemampuan mengetahui kecepatan angin di wilayah Bali. Informasi ini penting apabila delegasi dan tamu VVIP melintas di jalan tol.
Kemudian, ada kamera yang tersambung dengan CCTV yang tersambung di semua sudut baik di bandara hingga pelabuhan baik di Banyuwangi, Jawa Timur dan Nusa Tenggara Barat (NTB).
“Kamera ini dilengkapi dengan pengenal wajah yang kami sambungkan dengan data-data dari Dukcapil dan Imigrasi,” katanya.
Melalui CCTV itu, kata dia setiap masyarakat atau tamu yang melintas dan tertangkap layar kamera akan muncul data-datanya.
Mantan Kabareskrim Polri itu, juga mengatakan pihaknya sudah menyiapkan database terkait dengan orang-orang yang masuk daftar kepolisian, baik itu terlibat kasus kriminal maupun teror.
"Itu semua jika terekam kamera kami akan ada notifikasi dan dari situ kami sudah siapkan anggota melakukan langkah lanjut pengamanan," katanya.
Kemudian, lanjut dia, ada juga monitor yang melakukan pemantauan terhadap anggota yang berjaga. Mulai dari anggota lalu lintas, Sabhara, Brimob dan lainnya. Hal ini penting agar jika ada kendala dalam pengamanan bisa termonitor dan mengetahui langkah selanjutnya.
Ia mencontohkan, ketika personel Polri ada di salah satu titik bisa terlihat dan nanti dihubungi. Semua kegiatan personel bisa terkendali, melalui perintah-perintah yang akan dilaksanakan petugas yang berjaga pusat komando.
“Selama 24 jam memonitor semua pergerakan termasuk peristiwa-peristiwa di lapangan sehingga bisa mengambil langkah-langkah," katanya.
Mantan Kapolda Banten ini menekankan, pergelaran KTT G20 merupakan pertaruhan untuk Indonesia, khususnya masyarakat Bali. Jika semua pengamanan KTT G20 berjalan lancar, maka ke depan Indonesia bisa melaksanakan kegiatan internasional dengan baik juga.
Untuk itu, pada KTT G20 kali ini, pemerintah tetap memberikan kenyamanan bagi turis baik lokal dan internasional yang hadir di Bali, di tengah penyelenggaraan KTT G20.
Ia menambahkan, para turis tetap datang namun kegiatan delegasi tetap berjalan. Jika nantinya delegasi datang dan melintas maka jalur wisatawan kita atur melalui jalur lain. Jadi di satu sisi kegiatan rangkaian berjalan baik, di sisi lain kegiatan wisatawan terutama mancanegara bisa berjalan.
Kedua hal itu harus dijaga, kata Sigit, hal itu menjadi ujian mampu tidaknya Polri menyelenggarakan. Di satu sisi ada satu perhelatan besar KTT G20 yang menjadi pertaruhan bagi Bangsa Indonesia.
“Namun di sisi lain ini dapat menimbulkan multi player effect yang tentunya akan mengangkat Indonesia atau Bali menjadi kota yang dikenal dunia sebagai tempat sangat ramah dan tentunya menjadi tujuan wisata yang digemari masyarakat internasional," kata Sigit.