• News

Pemilu Dipercepat, Malaysia Gelar Pemungutan Suara pada 19 November

Yati Maulana | Kamis, 20/10/2022 18:01 WIB
Pemilu Dipercepat, Malaysia Gelar Pemungutan Suara pada 19 November Ketua Komisi Pemilihan Umum Malaysia Abdul Ghani Salleh mengumumkan tanggal pemilihan umum ke-15 negara itu di Putrajaya, Malaysia, 20 Oktober 2022. Foto: Reuters

JAKARTA - Malaysia akan mengadakan pemilihan umum pada 19 November, komisi pemilihannya mengatakan pada hari Kamis. Pemungutan suara ini diharapkan oleh partai berkuasa yang tercemar korupsi akan memperkuat cengkeramannya pada kekuasaan.

Organisasi Nasional Melayu Bersatu (UMNO) mungkin memiliki keunggulan dalam pemilihan bulan depan karena oposisi sedang kacau. Jumlah pemilih diperkirakan akan lebih rendah karena apatis pemilih dan musim hujan yang sedang berlangsung, kata para analis.

Keakraban pemilih dengan UMNO di masa ekonomi yang tidak pasti juga diharapkan mendukung partai tersebut, yang dikalahkan pada 2018. Hal itu sebagian besar karena skandal korupsi 1MDB bernilai miliaran dolar yang telah menjebloskan mantan perdana menteri Najib Razak ke penjara.

Kandidat parlemen harus mengajukan nominasi mereka pada 5 November, ketua komisi Abdul Ghani Salleh mengatakan pada konferensi pers pada hari Kamis. Kampanye akan dilakukan selama dua minggu.

Sekitar 21 juta orang Malaysia berhak memilih tahun ini, untuk memilih anggota parlemen di majelis rendah parlemen dengan 222 kursi. Partai atau koalisi yang memenangkan mayoritas sederhana - 112 kursi - akan membentuk pemerintahan berikutnya.

Perdana Menteri Ismail Sabri Yaakob, yang telah dinominasikan sebagai calon PM UMNO lagi, membubarkan parlemen pada 10 Oktober dan menyerukan jajak pendapat, mengatakan pemilihan akan mengakhiri tahun ketidakstabilan politik.

Dalam pemilihan 2018, oposisi menang untuk pertama kalinya dalam sejarah Malaysia karena tuduhan korupsi yang meluas terhadap UMNO, yang telah memerintah selama lebih dari 60 tahun sejak kemerdekaan.

Namun koalisi oposisi runtuh hanya dalam 22 bulan karena pertikaian, mengembalikan UMNO - partai nasionalis Melayu yang memprioritaskan kepentingan mayoritas etnis Melayu - ke tampuk kekuasaan sebagai bagian dari aliansi lain.

Malaysia telah memiliki tiga perdana menteri sejak pemilihan terakhir pada 2018.
Kekecewaan dengan peristiwa setelah pemilihan 2018 diperkirakan akan menjauhkan beberapa pemilih pro-oposisi tahun ini, mengurangi peluang mereka untuk menang lagi.

Pemimpin oposisi Mahathir Mohamad dan Anwar Ibrahim juga telah berpisah sejak runtuhnya aliansi mereka, membuat oposisi terpecah.

Pemungutan suara dilakukan lebih awal dari batas waktu September 2023 dan selama musim hujan tahunan yang telah memicu banjir di seluruh Malaysia.

FOLLOW US