• Oase

Astaghfirullah! Dahsyatnya Azab Banjir Bandang

Rizki Ramadhani | Sabtu, 27/08/2022 10:43 WIB
Astaghfirullah! Dahsyatnya Azab Banjir Bandang Ilustrasi dahsyatnya banjir bandang (foto:kumparan)

JAKARTA - Termasuk isi kandungan dalam Al-Qur’an adalah memuat sejarah para nabi dan rasul terdahulu serta kaumnya maupun sejarah para orang saleh. Demikian pula dengan sejarah nabi Nuh dan peristiwa banjir bandang yang menggenangi seluruh permukaan bumi selama lima hingga enam bulan.

Atas perintah Allah Subhanahu Wa Ta`ala, langit mulai menurunkan hujan dengan deras dan bumi mulai memancarkan mata airnya dengan kuat, maka nabi Nuh `Alaihissalam pun mengetahui azab Allah ‘Azza Wa Jalla akan segera turun. Beliau `Alaihissalam meminta keluarganya, kecuali yang tidak beriman, serta masing-masing jenis hewan, sepasang (jantan dan betina), untuk naik ke dalam kapal.

Allah Subhanahu Wa Ta`ala mengabadikannya dalam surah Hud (ke-11) ayat 41, "Dan Nuh berkata, "Naiklah kamu semua ke dalamnya (kapal) dengan (menyebut) nama Allah pada waktu berlayar dan berlabuhnya. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun, Maha Penyayang.""

Air semakin meninggi menenggelamkan seluruh rumah yang ada. Kaum nabi Nuh yang kafir segera berusaha mencari berbagai tempat yang lebih tinggi untuk menyelamatkan diri. Namun banjir itu telah lebih dulu mencapai puncak gunung hingga mereka ditenggelamkan.

Derasnya air menyapu dan menyeret apapun yang dilaluinya. Gelombang air setinggi gunung menghantam dan menghancurkan semua yang diterjangnya.

"Dan kapal itu berlayar membawa mereka ke dalam gelombang laksana gunung-gunung. Dan Nuh memanggil anaknya, ketika dia (anak itu) berada di tempat yang jauh terpencil, "Wahai anakku! Naiklah (ke kapal) bersama kami dan janganlah engkau bersama orang-orang kafir."" (QS. Hud [11] : Ayat 42).

Namun anaknya tersebut menolak sambil berusaha mencari perlindungan ke gunung yang lebih tinggi. Sesaat kemudian, datang gelombang air yang tinggi menjadi penghalang antara keduanya sehingga anaknya tersebut termasuk orang yang ditenggelamkan Allah Subhanahu Wa Ta`ala.

Allah Subhanahu Wa Ta`ala membinasakan kaum yang kafir itu dan menyelamatkan nabi Nuh `Alaihissalam dan para pengikutnya. Merekapun bersyukur kepada Allah Subhanahu Wa Ta`ala atas keselamatan yang diberikan-Nya.

Secara ringkas, peristiwa selanjutnya dijelaskan dalam Al-Qur’an surah Hud (ke-11) ayat 44 dan 48,

"Dan difirmankan, "Wahai Bumi! Telanlah airmu dan wahai langit (hujan!) berhentilah." Dan air pun disurutkan, dan perintah pun diselesaikan dan kapal itu pun berlabuh di atas Gunung Judi, dan dikatakan, "Binasalah orang-orang zalim.""

"Difirmankan, "Wahai Nuh! Turunlah dengan selamat sejahtera dan penuh keberkahan dari Kami, bagimu dan bagi semua umat (mukmin) yang bersamamu. Dan ada umat-umat yang Kami beri kesenangan (dalam kehidupan dunia), kemudian mereka akan ditimpa azab Kami yang pedih.""

Setelah nabi Nuh `Alaihissalam dan para pengikutnya turun dan melepaskan semua hewan yang diangkutnya, mulailah mereka melanjutkan kehidupan di ‘dunia yang baru’. Beliau `Alaihissalam melanjutkan dakwah dan mengajarkan hukum-hukum agama kepada kaum mukmin.

Pada akhirnya, semua para pengikut nabi Nuh yang telah bersama dalam kapal meninggal dunia dan tidak memiliki keturunan.

Dalam surah As-Saffat (ke-37) ayat 77 dan kererangan dari Ibnu Katsir rahimahullah dijelaskan hanya keturunan nabi Nuh `aAaihissalam yang meneruskan generasi umat manusia  yaitu melalui keturunan dari ketiga anak beliau yang bernama Sam, Ham dan Yafidz.

Nabi yang juga memiliki gelar Abul Basyar (bapaknya manusia) ini senantiasa beribadah dan berzikir hingga wafatnya menghadap Allah Subhanahu wa ta`ala.

Semoga keselamatan dilimpahkan kepada Rasul pertama yang memiliki gelar ulul azmi. (Kontributor : Dicky Dewata)

FOLLOW US