• Kuliner

Gyutan-yaki Kuliner Khas Jepang, Lahir di Sendai Setelah Perang Dunia II

Tri Umardini | Sabtu, 27/08/2022 10:30 WIB
Gyutan-yaki Kuliner Khas Jepang, Lahir di Sendai Setelah Perang Dunia II Gyutan-yaki Kuliner Khas Jepang, Lahir di Sendai Setelah Perang Dunia II. (FOTO: TSUNAGU JAPAN)

JAKARTA - Gyutan-yaki atau lidah sapi panggang merupakan kuliner dari Jepang.

Gyutan-yaki konon lahir di Sendai setelah Perang Dunia II.

Dikutip dari tsunagujapan, hidangan ini berasal dari Sendai, tempat daging lidah sapi (gyutan) dipersiapkan dengan cara khusus untuk melembutkan daging, oleh sebab itulah Anda hanya bisa menemukannya di restoran spesialis daging lidah sapi.

Dalam sajian khas, biasanya Anda akan mendapatkan nasi yang dimasak dengan jelai (mugimeshi) dan sup daging sapi bersama potongan lidah sapi.

Dengan mugimeshi, umumnya Anda akan disajikan tororo, atau parutan ubi, serta berbagai acar seperti kol putih atau cabai yang disediakan dalam miso. Berbeda dengan lidah sapi yang ada di restoran yakiniku, lidah sapi di restoran khusus gyutan sangat tebal.

Ini adalah representasi dari makanan lokal yang telah berkembang pesat dalam popularitas dan menyebar ke seluruh Jepang.

Untuk setiap restoran, bumbu daging dan pengaturannya berbeda, dan Anda dapat menikmati berbagai rasa di banyak restoran di Prefektur Miyagi, khususnya di Kota Sendai.

Dikutip dari www.ana.co.jp, berikut variasi olahan Gyutan-yaki:

1. Date-no-Gyutan Honpo

Shintan adalah bagian lembut dari lidah yang diiris tebal. Anda dapat menikmati tekstur lidah sapi yang kenyal dan berair.

2. Gyutan Sumiyaki Rikyu

Sejak didirikan, restoran khusus gyutan ini memiliki banyak cabang di Kota Sendai.

Selain lidah sapi panggang yang dipanggang dengan kasar, tebal, dan irisan yang paling dibanggakan, Rikyu juga menawarkan hidangan a la carte baru dan masakan kreatif musiman, dengan fokus pada bahan-bahan lokal dari Sendai dan Prefektur Miyagi.

Dengan menu yang beragam, Rikyu menawarkan pengalaman bersantap yang menyenangkan untuk makan siang atau bersama keluarga.

3. Gyutan Himono Sumiyaki Donpachi

Sering dikunjungi oleh pemilik pusat pertokoan belanja setempat, ini adalah izakaya di mana Anda juga dapat menikmati gyutan lezat.

Nikmati gyutan panggang, sup ekor, sashimi, dan hidangan lainnya yang terbuat dari bahan-bahan lokal dari Sendai dan Miyagi, juga sake lokal.

Kota Sendai di Prefektur Miyagi adalah tempat pertama di Jepang yang menyediakan set menu gyutan.

Di sini terdapat hampir 100 kedai yang saling bersaing untuk menyajikan gyutan terbaik. Salah satunya, Kisuke, bahkan telah berdiri sejak tahun 1975.

Sendai yang terletak di Prefektur Miyagi ini merupakan kota wisata yang merepresentasikan wilayah Tohoku. Kota ini juga sangat terkenal sebagai tempat lahirnya kuliner gyutan-yaki (lidah sapi panggang).

Gyutan merupakan bagian dari lidah sapi yang layak dikonsumsi. Sampai akhir masa Perang Dunia 2, penggunaan gyutan dalam masakan sangatlah terbatas. Pada masa itu, gyutan bahkan lebih sering dibuang begitu saja tanpa dimanfaatkan.

Suatu ketika, seorang pekerja restoran hidangan Jepang yang tinggal di Sendai mencicipi masakan rebusan lidah dan langsung jatuh cinta pada rasanya.

Dari situlah dia berpikir untuk menciptakan suatu hidangan orisinal yang terbuat dari lidah sapi. Kemudian, ia pun memasangkan lidah sapi panggang, nasi, dan sup dalam satu hidangan yang disebut gyutan teishoku (set menu gyutan).

Set menu itu pun menjadi sangat populer di Kota Sendai. Di masa sekarang, Anda bisa menemukan banyak restoran penyaji set menu gyutan dengan mudah di seluruh penjuru Jepang.

Gyutan teishoku terdiri dari 4 hidangan, yaitu gyutan-yaki, mugi meshi (nasi campur barley), tail soup (sup buntut), dan oshinko (※1).

Set menu ini menggunakan mugi meshi sebagai pengganti nasi karena harga nasi putih pada masa itu sangatlah mahal. Selain itu, acar dalam set menu ini terbuat dari sayuran musiman sehingga harga produksi pun bisa lebih ditekan. Hal ini juga sesuai dengan tujuan diciptakannya menu ini, yaitu menu yang murah tapi lezat.

Rahasia dari Kelezatan Gyutan di Kisuke: Memberi Bumbu Secara Manual!

Dilansir dari MATCHA, di Sendai terdapat hampir 100 restoran yang menyajikan gyutan teishoku. Dari semua restoran yang ada, Aji no Gyutan Kisuke (disingkat menjadi Kisuke), merupakan kedai gyutan lawas yang telah berdiri sejak tahun 1975!

Keistimewaan dari Kisuke terletak pada kontrol kualitasnya yang ketat dan pemberian bumbu yang dilakukan oleh tangan ahlinya. Di pabriknya, setiap hari gyutan diberi bumbu secara manual oleh para pekerjanya.

Tingkat kepekatan rasa gyutan bergantung pada kondisi fisik dan gerakan pergelangan tangan pekerja saat mengocok wadah garam untuk membumbui daging.

Oleh karena itu, koki kepala pun harus selalu mengecek kualitas rasa daging yang dihasilkan. Setelah sukses melewati proses pengecekan, gyutan pun siap dikirim ke berbagai cabang Kisuke di seluruh penjuru Jepang.

Pengecekan Kualitas yang Dilakukan Hingga ke Konter

Setelah diperiksa di pabrik dan kantor pusat, daging dibawa ke restoran. Setelah itu pun pengecekan kualitas tetap harus dilakukan oleh kepala restoran dan wakilnya.

Setiap hari daging ini dipanggang dan diperiksa kualitasnya secara saksama. Bila keduanya tidak sepakat mengenai kualitas daging yang dikirim, konon daging akan langsung dikembalikan ke kantor pusat!

Ini adalah produk lezat yang sampai ke tangan pelanggan setelah melewati persetujuan dari banyak orang. Hebat sekali, bukan?

Bagian daging dan lemak dalam satu potongan daging yang sama ternyata dimasak dengan cara berbeda, lho! Pengaturan nyala api dan teknik membalik daging yang terampil ini penting untuk menghasilkan daging dengan rasa terbaik.

Menurut kepala restoran, waktu terbaik untuk membalik daging adalah saat dagingnya menghasilkan ekspresi terbaik, sama seperti ketika menghadapi pelanggan. Kemudian, daging pun dipanggang satu per satu dengan teknik khusus.

Keunggulan gyutan Kisuke juga terletak pada bahan mentahnya. Meski dalam keadaan dingin, daging ini sama sekali tidak keras.

Selain itu, moto dari restoran ini adalah "makan hingga kenyang" sehingga oshinko-nya pun disediakan dalam jumlah banyak. (*)

 

FOLLOW US