• Oase

Mimpi untuk Raja Amr bin Amir Tentang Penyebab Kehancuran Masa Kejayaannya

Rizki Ramadhani | Rabu, 13/07/2022 13:01 WIB
Mimpi untuk Raja Amr bin Amir Tentang Penyebab Kehancuran Masa Kejayaannya Ilustrasi sisa runtuhan kerajaan Saba (Foto:islampos)

JAKARTA - Kerajaan Saba’ merupakan wilayah yang subur, makmur, aman dan tenteram, penuh dengan rahmat dan ampunan Allah (Baldatun Thayyibatun wa Rabbun Ghafur). Kerajaan itu awalnya menganut teokrasi dan kemudian berubah menjadi kerajaan sekuler. Di masa akhir kejayaan peradaban Yaman, kerajaan Saba’ dipimpin oleh seorang raja yang bernama Amr bin Amir.

Alkisah, pada suatu masa, salah seorang putri dari menterinya bermimpi melihat dua ekor tikus menghabisi makanan di kota. Kemudian sang menteri bertanya kepada dukun tentang mimpi itu, yang diartikan oleh dukun tersebut bahwa kerajaan Saba’ akan menghadapi bencana yang menimpa kota akibat serangan tikus.

Sang dukun pun menyarankan dilakukan perburuan tikus dan agar raja dan para pembesar kerajaan memberi hadiah bagi siapa yang berhasil membunuh sejumlah besar tikus. Mulailah orang-orang melatih kucing-kucing untuk berburu tikus. Singkat cerita, Raja Amr bin Amir dan seluruh rakyatnya bersuka cita karena upaya ini berhasil, sehingga tikus-tikus menghilang dari kota.

Kemudian istri raja bermimpi melihat bayangan-bayangan petir dan guntur yang menyambar segala sesuatu di kota yang berakibat fatalnya kota. Setelah itu tikus-tikus datang lagi menghancurkan kerajaan itu.

Raja Amr bin Amir begitu khawatir terhadap nasib kerajaannya setelah sang istri mengabarkan mimpinya. Baginda raja segera bergegas menuju bendungan Ma`rib, ternyata sang raja melihat ada tikus yang sedang menggerogoti bendungan. Tikus itu mampu menggeser bebatuan besar dari posisinya pada bendungan Ma`rib. Menyaksikan hal itu, Sang raja pun yakin bahwa kehancuran akan datang dan tidak ada jalan untuk menghindarinya.

Akhirnya, mimpi sang Istri menjadi kenyataan, bendungan Ma’rib runtuh dan terjadilah banjir besar yang menghanyutkan semua yang menghalangi arusnya. Seluruh air yang tersimpan di dalam bendungan telah tumpah ke padang pasir yang dapat menelan air berapa pun banyaknya.

Setelah banjir berlalu, kerajaan Saba’ mengalami kemunduran. Tidak lama kemudian, berakhirlah kisah tentang kerajaan Saba` dengan bendungan Ma’rib-nya di kota kuno Yaman (Babul Yaman), tepatnya di kota kuno Ma`rib.

Banyak diantara ahli sejarah dan peneliti di Barat meragukan tentang adanya bendungan Ma’rib ini. Sampai akhirnya seorang peneliti dari Perancis datang sendiri ke selatan Yaman untuk menyelidiki sisa-sisa bendungan itu pada tahun 1843. Dia dapat membuktikan adanya bendungan itu dengan menemukan bekas-bekasnya, lalu memotret dan mengirimkan gambar-gambarnya ke suatu majalah di Perancis.

Para peneliti lainnya menemukan pula beberapa batu tulis di antara reruntuhan bendungan itu. Dengan demikian, mereka bertambah yakin bahwa dahulu kala di sebelah selatan Yaman telah berdiri sebuah kerajaan yang maju, makmur, dan tinggi kebudayaannya.

Pendapat ini diperkuat oleh sejarawan yang hidup pada abad IV H, al-Hasan al-Hamdani, seperti dikutip Ibn ‘Asyur, di mana ia pernah melihat reruntuhan bendungan raksasa Ma’rib itu.

Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda- tanda kekuasaan Allah bagi setiap orang yang sabar lagi bersyukur.” (QS. Saba’ : 19).

(Kontributor : Dicky Dewata)