• Oase

Peristiwa Pemilik Kebun Tanah Gosong dalam Al Qur`an

Rizki Ramadhani | Selasa, 28/06/2022 11:08 WIB
Peristiwa Pemilik Kebun Tanah Gosong dalam Al Qur`an Ilustrasi (foto:syahida)

JAKARTA - Al Qur’an memiliki banyak kisah dari peristiwa yang terjadi di masa lampau yang sarat dengan mutiara faedah untuk dijadikan pelajaran oleh manusia di masa setelahnya.

Yaman termasuk negeri yang memiliki banyak keistimewaan, bahkan beberapa tempat di wilayahnya diabadikan Allah ﷻ dalam Al-Qur’an. Sebagaimana kisah tentang pemilik kebun (ashabul jannah) yang difirmankan Allah ﷻ dalam surah Al Qalam (68) ayat 17 hingga 33.

Kisah ini tentang kehidupan keluarga orang tua sholeh yang kaya dan dermawan beserta anak-anaknya. Orang tua sholeh tersebut memiliki perkebunan yang luas, tanamannya sangat rindang, subur dan hasilnya melimpah. Perkebunan tersebut sangat indah, asri dan menyenangkan, hingga Allah ﷻ menyebutnya dengan ardhul Jannah atau kebun yang rindang dan indah di dalam Al-Qur’an.

Sang dermawan tersebut selalu membagi hasil kebunnya untuk fakir miskin, kebutuhan keluarganya dan modal menanam kembali. Sebab itu, setiap panen tiba, orang-orang miskin berbondong-bondong mendatangi kebun orang sholeh ini. Anak-anaknya menganggap tindakan orang tuanya itu merupakan kebodohan, kecuali satu anaknya yang justru senang dengan kebijakan orang tuanya yang selalu memberikan hasil panennya juga kepada fakir miskin.

Seiring waktu berjalan, orang tua itu meninggal dunia, maka kebun tersebut diwarisi anak-anaknya. Mulailah tampak semakin jelas perbedaan pandangan dalam pengelolaan kebun. Mereka bersepakat semua hasil panen tidak akan lagi disisihkan untuk fakir miskin. Sementara satu saudara mereka sebenarnya tetap ingin menolong dan memberikan hak fakir miskin dari hasil panen kebun seperti yang selalu dilakukan orang tua mereka, namun akhirnya dia mengikuti saudara-saudaranya karena tidak mampu menghadapi mereka.

Ketika tiba masa panen, mereka seakan lupa bahwa Allah ﷻ yang menentukan semuanya, mereka bersumpah pasti akan memanen hasil kebun saat para fakir miskin masih tidur lelap di waktu pagi hari.

Namun, Allah ﷻ berkehendak lain, mengazabnya dengan cara membinasakan seluruh kebun mereka hingga tidak ada yang tersisa ketika mereka sedang tidur pada malam itu. Mereka terkejut tatkala mendatangi kebun pada pagi harinya, semua yang ada di kebun telah berubah hangus menghitam seperti malam yang gelap gulita.

Mereka pun menyadari telah menjadi orang yang tersesat, zalim dan melampaui batas dengan menghalangi dan tidak mau menolong fakir miskin hingga mereka tidak memperoleh apapun dari kebun tersebut. Bahkan mereka saling menyalahkan. Selanjutnya, mereka berharap ampunan dari Allah ﷻ dan diberi ganti dengan kebun yang lebih baik.

Al Qur’an tidak menjelaskan kapan terjadinya peristiwa itu. Namun ada riwayat menyebutkan, terjadi pada umat Nabi Isa `Alaihissalam. Kawasan tersebut berada pada jalur lintas perdagangan orang Quraisy Mekah menuju Yaman, sehingga kisah ini sangat mahsyur di masa jahiliyah sebelum Islam.

Bahkan hingga kini, masih dapat disaksikan, kawasan terbuka yang gersang dan tidak ada pepohonan yang tumbuh di atas hamparan tanah yang menghitam seperti batu gosong akibat terbakar tersebut berada di kawasan seluas sekitar lima hektar yang terletak sekitar 40 km dari kota San’a Yaman, tepatnya di daerah Al Jair atau Dharawan.

Kawasan yang disinyalir inilah yang kini orang setempat menyebutnya dengan ardhul mahruqah (tanah gosong), sebagian lagi menyebutnya ardhul jannah (tanah perkebunan), juga dikenal sebagai tanah yang menghitam, tanah hitam, kebun hitam, kebun terbakar di Yaman, dan sebagainya.

Di situlah tempat yang Al-Qur’an menyebutnya dengan Al-Jannah, atau kebun yang rindang, sehingga pantas dikatakan pemilik kebun itu disebut ashabul jannah, yang dulunya merupakan perkebunan yang subur dengan pepohonan yang rindang, tanaman buah yang lebat dan banyak buahnya, serta asri. Sangat kontras dengan fakta yang terlihat kini.

Semoga Allah ﷻ memudahkan dan melunakkan hati kita untuk memiliki kemauan, kemampuan dan kemudahan memenuhi hak orang lain dan menolong yang membutuhkan. (Kontributor : Dicky Dewata)

FOLLOW US