• Gaya Hidup

Kenali Gejala dan Ciri-ciri Serangan Stroke di Usia Muda

Tri Umardini | Kamis, 23/06/2022 11:01 WIB
Kenali Gejala dan Ciri-ciri Serangan Stroke di Usia Muda Ilustrasi penyakit stroke menyerang orang usia muda. (FOTO: SHUTTERSTOCK)

JAKARTA - Masih muda kok sudah terserang stroke? Pertanyaan itu kerap terlontar saat kita mengetahui ada orang yang berusia kurang dari 40 tahun tapi sudah mengidap stroke.

Benarkah hanya orang lanjut usia yang bisa mengidap stroke? Jawabannya tidak benar!

Faktanya, stroke juga bisa terjadi pada usia muda atau produktif dengan tingkat bahaya yang sama.

Ciri-ciri stroke pada usia muda tak berbeda dengan lansia

Stroke terjadi ketika ada gangguan aliran darah di otak yang muncul secara mendadak. Gangguan ini menyebabkan masalah neurologis, baik secara lokal atau menyeluruh, yang bisa menimbulkan kecacatan hingga kematian.

Penyebab stroke bisa berbeda tergantung pada jenisnya. Jika terjadi akibat sumbatan pada pembuluh darah, penyakit ini disebut dengan stroke iskemik.

Sementara bila pembuluh darah di otak pecah atau bocor dan mengalami perdarahan otak, kondisi ini dikenal dengan stroke hemoragik.

Baik stroke iskemik maupun hemoragik, keduanya bisa terjadi pada usia muda maupun lanjut usia (lansia).

Gejala dan tingkat keparahannya bisa tidak berbeda. Dengan kata lain, gejala dan tingkat keparahan stroke tidak dipengaruhi oleh usia seseorang.

Bahkan, seseorang yang masih muda mungkin saja memiliki gejala atau tanda-tanda stroke yang lebih parah ketimbang lansia.

Mengapa begitu? Ini karena gejala dan tingkat keparahan stroke dipengaruhi oleh bagian otak yang terkena dan seberapa luas kondisi ini terjadi di otak.

Artinya, seseorang yang masih muda bisa mengalami stroke yang parah jika bagian batang otak yang terpengaruh atau area otak yang terkena lebih luas.

Pasalnya, gangguan aliran darah sekecil apapun di bagian batang otak bisa berakibat fatal. Ini tidak lebih berbahaya daripada stroke yang memengaruhi otak besar (cerebrum).

Meski begitu, gangguan aliran darah yang luas di otak besar juga bisa menimbulkan stroke dengan bahaya yang sama.

Bukan cuma bagian otak yang terpengaruh, faktor risiko yang dimiliki penderita juga bisa memengaruhi tingkat keparahan stroke seseorang.

Contohnya, lansia yang hanya memiliki faktor risiko hipertensi mungkin tidak mengalami gejala stroke yang lebih parah dibandingkan dengan usia muda yang memiliki diabetes, hipertensi, dan kolesterol tinggi.

Tanda atau ciri-ciri stroke yang terjadi pada usia muda

Penyebab stroke

Sama seperti pada lansia, tanda-tanda stroke di usia muda terjadi secara mendadak. Inilah mengapa stroke sering juga disebut dengan brain attack.

Secara internasional, ciri-ciri stroke yang khas bisa dikenali dengan metode FAST yang merupakan kepanjangan dari hal-hal berikut.

F (face): apakah wajah menjadi asimetris?
A (arms): apakah sebelah lengan mengalami kesemutan, drop, atau melemah?
S (speech): apakah ada perubahan cara bicara, misal menjadi cadel atau berbicara tidak jelas?
T (time): segera pergi ke rumah sakit jika gejala di atas muncul.
Selain dengan metode FAST, Anda juga bisa mengenali tanda stroke melalui prinsip SEGERA KE RS yang dikenal di Indonesia. SEGERA KE RS memiliki kepanjangan sebagai berikut.

SE (senyuman): apakah senyumnya menjadi miring atau ada penurunan pada satu sisi?
GE (gerakan): apakah gerakan tubuhnya menjadi asimetris?
RA (bicara): apakah bicaranya berubah, seperti cadel atau tidak jelas?
KE (kebas): apakah salah satu sisi tubuhnya menjadi kebas?
R (rabun): apakah terjadi rabun mendadak?
S (sakit kepala): apakah terjadi sakit kepala yang hebat secara mendadak?
Secara umum, gejala-gejala di atas bisa terjadi pada penderita stroke iskemik maupun hemoragik.

Hanya saja, stroke hemoragik pada usia muda sering kali menyebabkan sakit kepala yang lebih hebat dibandingkan dengan lansia. Mengapa demikian?

Ini karena bekuan darah yang timbul akibat pecahnya pembuluh darah memberi tekanan yang lebih tinggi pada otak.

Sementara saat bertambah usia, ukuran otak cenderung mengecil. Semakin kecilnya ukuran otak membentuk ruang di kepala, sehingga bila bekuan darah muncul, otak tidak terlalu tertekan.

Selain itu, perlu Anda pahami pula bahwa tidak semua ciri-ciri di atas bisa terjadi pada usia muda. Semakin luasnya area otak yang terkena, gejala yang muncul biasanya semakin banyak dan parah.

Segera ke dokter jika mengalami tanda-tanda stroke

Jika muncul ciri-ciri seperti di atas, sebaiknya Anda yang masih usia muda sekali pun segera pergi ke rumah sakit untuk mendapat pertolongan pertama stroke.

Ingat, tidak ada yang bisa Anda lakukan di rumah jika serangan stroke terjadi. Jangan pernah percaya dengan informasi yang beredar mengenai penanganan stroke di rumah.

Semakin cepat kondisi ini ditangani secara tepat, kemungkinan pulihnya akan jauh lebih besar. Lalu, seberapa cepat penderita stroke perlu mendapat penanganan?

Paling tidak, penderita stroke perlu segera mendapat penanganan medis dalam waktu kurang dari 4,5 jam setelah awal kejadian.

Waktu ini disebut dengan golden time, yaitu periode emas di mana sel-sel otak masih bisa diselamatkan.

Ini artinya, komplikasi stroke, seperti kelumpuhan, kecacatan permanen, hingga kematian masih mungkin dicegah.

Ironisnya, tanda-tanda stroke terkadang sulit dipahami dan justru sering disepelekan oleh masyarakat awam.

Seseorang yang tiba-tiba mengalami cadel sering kali dianggap gurauan, sehingga tidak mendapat pertolongan medis dengan cepat.

Satu sisi tubuh yang melemah secara tiba-tiba pun sering tak dikenali sebagai gejala stroke, sehingga mendapat penanganan yang kurang tepat.

Inilah mengapa stroke masih menjadi penyakit penyebab kematian nomor satu di Indonesia.

Untuk mengurangi risiko tersebut, ada baiknya Anda segera pergi ke rumah sakit bila terjadi perubahan apapun yang secara mendadak pada tubuh Anda.

Gejala yang Anda rasakan mungkin belum tentu karena stroke. Meski begitu, Anda harus memikirkan kemungkinan terburuk untuk mencegah hal-hal yang tak diinginkan.

Hal-hal lain yang harus diperhatikan soal gejala stroke usia muda

Munculnya ciri-ciri stroke pada usia muda memang tidak selalu sama.

Beberapa orang mungkin hanya mengalami gejala sepintas dan akan menghilang dalam waktu di bawah 24 jam atau disebut transient ischemic attack (TIA).

Beberapa lainnya mungkin mengalami stroke in evolution, yaitu gejala yang muncul secara progresif, bermula dari ringan dan berkembang menjadi semakin parah.

Lalu, ada pula yang mengalami completed stroke, yaitu ketika gejala yang muncul langsung parah hingga menyebabkan kematian.

Perbedaan gejala ini biasanya tergantung pada faktor risiko yang dimiliki setiap penderitanya. Seseorang dengan faktor risiko banyak, seperti hipertensi, kolesterol tinggi, dan diabetes, mungkin akan mengalami stroke yang langsung parah.

Itulah mengapa, apa pun bentuk gejalanya, stroke tidak boleh disepelekan. Seseorang yang hanya mengalami TIA pun berisiko mengalami stroke yang lebih parah pada kemudian hari.

Oleh karena itu, tindakan pencegahan stroke perlu diterapkan sejak dini.

Bagaimana mencegah stroke pada usia muda?

Cara mencegah stroke yang utama adalah menerapkan gaya hidup sehat. Misalnya, menjaga berat badan ideal, tidak merokok, mengonsumsi makanan sehat bergizi seimbang, dan rutin olahraga.

Namun, ada cara pencegahan lain yang perlu diterapkan, tetapi masih belum diketahui masyarakat, yaitu melakukan stroke screening secara rutin.

Stroke screening dilakukan dengan melakukan pemeriksaan USG pembuluh darah yang menuju otak dan yang ada di otak.

Tujuannya untuk mengetahui apakah ada penyempitan pada pembuluh darah atau gangguan aliran darah yang menjurus ke stroke.

Jika ditemukan, dokter dapat memberikan intervensi untuk mengatasinya, misal dengan pemberian obat-obatan.

Stroke screening ini sendiri sebaiknya dilakukan oleh orang yang sudah memasuki usia 35 tahun ke atas, memiliki faktor risiko, serta pernah mengalami stroke sebelumnya.

Bagi seseorang yang memiliki riwayat stroke, stroke screening juga bertujuan untuk melihat kemungkinan serangan stroke kedua serta evaluasi pengobatan sebelumnya.

Bagi Anda yang masih bingung, silakan berkonsultasi kepada dokter saraf terkait tindakan preventif ini. Jangan pernah percaya dengan informasi yang beredar di masyarakat yang tak dapat dipastikan kebenarannya. (*)

 

FOLLOW US