• News

Balai Besar Veteriner Wates Jadi Pusat Rujukan Regional Bioinformatika Veteriner Tingkat ASEAN

Asrul | Sabtu, 30/10/2021 10:22 WIB
Balai Besar Veteriner Wates Jadi Pusat Rujukan Regional Bioinformatika Veteriner Tingkat ASEAN Indonesia merupakan Negara yang memiliki keunggulan di bidang bioinformatika. (Foto: Ist)

Katakini.com - Bioinformatika merupakan salah satu tools untuk menggambarkan sifat/ciri dan dinamika biologi makhluk hidup, termasuk agen atau mikroorganisme yang memiliki potensi menimbulkan wabah penyakit baik pada hewan, tanaman, maupun manusia.

Bioinformatika digunakan untuk menentukan dan mengkarakterisasi pola kejadian penyakit secara molekuler dan epidemiologi. Dengan aplikasi bioinformatika, karakteristik agen penyakit bisa dilakukan lebih komprehensif sehingga membantu efisiensi, dan efektivitas langkah dalam pengendalian penyakit.

Indonesia merupakan Negara yang memiliki keunggulan di bidang bioinformatika. Hal ini terbukti dengan telah disetujuinya Balai Besar Veteriner Wates sebagai Pusat Rujukan Regional Bioinformatika Veteriner (Regional Reference Center for Bioinformatics) tingkat ASEAN.

Persetujuan dari negara ASEAN untuk BBVET Wates telah disampaikan dalam pertemuan kelompok kerja bidang peternakan tingkat ASEAN atau ASWGL (Asean Sectoral Group on Livestock) pada April 202.

Hal ini dikuatkan dalam pertemuan Senior Officials Meeting of the ASEAN Ministers Meeting on Agriculture and Forestry (SOM-AMAF) pada Agustus 2021.

Kepala Balai Besar Veteriner Wates, Hendra Wibawa menjelaskan, berbagai usaha telah dilakukan BBVet Wates untuk membuktikan keunggulannya salah satu kegiatan yang dilakukan adalah pelatihan bioinformatika untuk laboratorium kesehatan hewan se-ASEAN yang telah dilaksanakan pada tanggal 1-3 Februari 2021.

Sebelumnya BBVet Wates juga telah mensosialisasikan penerapan bioinformatika dalam monitoring virus influenza (flu burung) di Indonesia kepada delegasi kelompok kerja teknis avian influenza di ASEAN (Avian Influenza Group in ASEAN, AIGA) pada 2018.

"BBVet Wates sudah menjadi laboratorium referensi nasional untuk flu burung dengan penunjukan Menteri Pertanian. Selain itu laboratorium ini juga memimpin jejaring laboratorium tingkat nasional dalam monitoring virus influenza atau Influenza Virus Monitoring in Animal (IVM) dan telah dilengkapi dengan platform data elektronik berbasis web yaitu IVM Online," jelasnya.

Hasil IVM telah digunakan oleh Pemerintah untuk menetapkan kebijakan vaksin dan vaksinasi Avian Influenza.

Menanggapi hal itu, Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Nasrullah mengapresiasi keunggulan BBVet Wates yang telah berhasil membuktikan keunggulannya di kancah ASEAN.

"Kecepatan deteksi penyakit hewan sangat penting untuk bisa memitigasi, mencegah dan menanggulangi penyakit hewan agar tidak tersebar luas. Hal ini secara tidak langsung akan meningkatkan kepercayaan negara lain terhadap produk produk peternakan Indonesia. Harapannya tentu peningkatan ekspor untuk produk peternakan Indonesia," jelasnya.

Lebih lanjut ia mengatakan bahwa topik tentang kesehatan hewan juga menjadi salah satu topik penting yang dibahas dalam pertemuan tingkat menteri pertanian, perikanan dan kehutanan ASEAN (AMAF ke 43) yang dilaksanakan tanggal 27 Oktober kemarin.

"Negara anggota ASEAN sepakat memperkuat mekanisme regional dalam mencegah, mendeteksi dini, dan tanggap terhadap penyakit hewan dan zoonosis yang berpotensi pandemi. Kita harus lebih banyak berperan serta terkait hal ini, meskipun selama ini peran Indonesia dibidang kesehatan hewan sudah cukup dominan," pungkasnya.

Beberapa dokumen hasil kerja Indonesia juga telah di setujui pada pertemuan ASEAN Ministers Meeting on Agriculture and Forestry (AMAF) ke-43 kemarin.

Dokumen tersebut antara lain, TOR&ROP of Regional Reference Center (RRC) for Bioinformatics, ASEAN Strategy for Exotic, Emerging, Re-emerging Diseases and Animal Health Emergencies, dan ASEAN Good Manufacturing Practices for Slaughterhouses and Meat Cutting Plants

FOLLOW US