JAKARTA - Salat Dzuhur dan Ashar memiliki sedikit perbedaan dari ketiga salat wajib lainnya. Saat salat Dzuhur dan Ashar, imam tidak membaca bacaan salat secara keras sebagaimana salat wajib lainnya.
Bagi sebagian orang, mungkin muncul pertanyaan, mengapa dalam salat berjamaah, imam membaca Al-Fatihah dan surah dengan suara keras saat salat Magrib, Isya, dan Subuh, tetapi tidak bersuara ketika memimpin salat Zuhur dan Ashar?
Ketika salat, imam memiliki kewajiban membaca ayat-ayat Al-Qur’an untuk seluruh makmum. Namun, bacaan ini terbagi menjadi dua bentuk jahr (dengan suara keras) dan sirr (dengan suara pelan atau tidak terdengar makmum).
Salat Subuh, Magrib, dan Isya ditetapkan dengan jahr, sedangkan Zuhur dan Asar ditetapkan dengan sirr.
Para ulama menjelaskan, alasan perbedaan ini erat kaitannya dengan waktu pelaksanaan salat. Salat Zuhur dan Asar dikerjakan pada waktu siang hari, ketika kondisi sekitar terang dan ramai oleh aktivitas manusia.
Dalam suasana demikian, bacaan imam tidak perlu dikeraskan, karena cahaya matahari sudah menjadi pengingat yang kuat akan kewajiban salat. Sedangkan salat Subuh, Magrib, dan Isya berada pada waktu malam atau transisi malam, di mana suasana cenderung sunyi. Oleh karena itu, bacaan imam dikeraskan agar lebih jelas terdengar dan menambah kekhusyukan jamaah.
Selain itu, praktik ini juga bersumber dari sunnah Rasulullah SAW. Dalam hadis sahih yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim, disebutkan bahwa Nabi Muhammad SAW selalu membaca jahr pada salat Subuh, Magrib, dan Isya, serta membaca sirr pada Zuhur dan Asar.