• News

Warga Adat Diserang Sekuriti PT TPL, Ibu-ibu Jadi Korban

M. Habib Saifullah | Senin, 22/09/2025 18:20 WIB
Warga Adat Diserang Sekuriti PT TPL, Ibu-ibu Jadi Korban Penyerangan Masyarakat Adat Sihaporas di Buttu Pangaturan, Kabupaten Simalungun (Foto: Ist)

JAKARTA - Ratusan pekerja dan security PT Toba Pulp Lestari (TPL) menyerang petani di Buntu Panaturan, Desa Sihaporas, kecamatan Pematang Sidamanik, Kabupaten Simalungun, Provinsi Sumatera Utara, pada Senin (22/9/2025) sekitar pukul 08.40 WIB.

Berserangan serba hitam-hitam, para pekerja PT TPL melengkapi diri dengan persenjataan parang (pisau) bengkok, alat-stik setrum, batang kayu, helm berkaca penutup wajah, tameng rotan dan sepatu lars.

Ratusan pekerja PT TPL ini menumpang sekitar 10 mobil, tujuh truk dan tiga mobil pribadi. Sesampai di lokasi, para petugas PT TPL langsung menyebur warga masyarakat adat yang tergabung dalam Lembaga Adat Keturunan Ompu Mamontang Laut Ambarita (Lamtoras) di Posko Buntu Pangaturan.

Warga yang berjaga, terutama ibu-ibu menjadi kena pemukulan. Berdasarkan video yang dibagikan pengurus Lamtoras, tampak pekerja TPL memukuli warga.

Dalam foto dan video, tampak perempuan, seorang ibu mengalami luka pada wajah berdarah-darah pada bagian bibirnya kiri. Namanya DL (34 tahun), warga Lamtoras Sihaporas.

Selain itu ada korban dari kaum laki-laki. Seorang ayah, SA (63 tahun), PS (55 tahun), dan ES (44 tahun).

Sebagai informasi, masyarakat adat Sihaporas setelah menghuni dan mewarisi tanah leluhur secara turun-temurun 11 generasi. Leluhur mereka, Martua Boni Raja atau Ompu Mamontang Laut Ambarita ‘mamukka huta’ memulai perkampungan sekitar awal tahun 1800.

Bahkan terdapat tujuh orang pejuang Veteran Kemerdekaan RI (LVRI), penjajah Belanda pernah menggunkan tanah Sihapoas untuk kebun ubi dan tanaman pinus.

Belanda pun menerbitkan Peta Enclavetahun 1916 (29 tahun sebelum Indonesia Merdeka). Selama ini, masyarakat adat Sihaporas rutin menjalankan prinsip tanah adat, melakukan tradisi si Raja Batak dan leluhur.

Selain itu terdapat tujuh ritual adat yang diwarisi masyarakat adat Sihaporas.

Ragam ritual itu merupakan cara komunitas Masyarakat Adat Sihaporas menghormati dan merawat keterikatan sekaligus doa kepada Debata Mulajadi Nabolon, Tuhan Yang Mahakuasa dengan leluhur, dan dengan para mahluk penguhuni yang terlihat maupun tidak terlihat.

1. Patarias Debata Mulajadi Nabolon

Patarias Debata Mulajadi Nabolon ialah ritual pertama dari tujuh ritual yang diwariskan. Ini adalah pesta adat untuk memuji, memuliakan, dan menyampaikan persembahan kepada Sang Pencipta.

Dengan diiringi musik tradisional gondang selama tiga hari dua malam, ritual ini digelar setiap empat tahun sekali.

2. Raga-raga Na Bolak Parsilaonan

Raga-raga Na Bolak Parsilaonan adalah ritual doa permohonan dan persembahan kepada leluhur Ompu Mamontang Laut Ambarita, dengan diiringi musik tradisional gondang, ritual ini juga digelar setiap empat tahun sekali.

3. Mombang Boru Sipitu Suddut

Mombang Boru Sipitu Suddut adalah ritual dia permohonan dan persembahan kepada Raja Uti dan Raja Sisingamangaraja. Ritual ini digelar selama satu hari tanpa diiringi gondang.

4. Manganjab

Manganjab merupakan ritual doa, yang dilakukan untuk memohon kesuburan dan keberhasilan dalam usaha bertani, sekaligus memohon agar dijauhkan dari segala macam hama dan penyakit pada tanaman. Ritual ini diselenggarakan di ladang (perhumaan) sekali setiap tahun.

5. Ulaon Habonaran i Partukkoan

Ulaon Habonaran i Partukkoan merupakan ritual doa melalui leluhur atau habonaran dan Raja Sisingamangaraja ini digelar dengan tujuan untuk menjauhkan kampung dari segala macam mara bahaya dan penyakit.

6. Pangulu Balang Parorot

Pangulu Balang Parorot ialah ritual yang dilakukan untuk berdoa kepada Sang Pencipta Alam melalui penjaga kampung dan hadatuaon supaya penduduk kampung diberikan keselamatan dan dijauhkan dari segala bala.

7. Manjuluk

Manjuluk merupakan ritual doa yang diselenggarakan sesaat sebelum mulai menanam ini dilakukan di gubuk atau ladang secara rutin.

Ketujuh ritual adat tersebut merupakan tradisi warisan yang tidak bisa terpisahkan dengan kehidupan sehari-hari Masyarakat Adat Sihaporas.

Tetua adat Mangitua Ambarita mengatakan bahwa tradisi leluhur adalah identitas yang akan diwariskan secara turun-temurun ke generasi berikutnya. Oleh karena itu Masyarakat Adat Sihaporas tetap melaksanakan ritual adat sesuai dengan waktu yang ditentukan setiap tahunnya.