JAKARTA - Pasukan Israel telah menutup pintu masuk ke Tulkarem di wilayah utara Tepi Barat yang diduduki, yang selanjutnya meningkatkan kampanye penggerebekan, penangkapan dan hukuman kolektif yang telah menyebabkan ribuan warga Palestina mengungsi sementara militer tanpa henti menghancurkan Gaza.
Rekaman dari Kamis malam (11/9/2025) yang dibagikan oleh warga menunjukkan tentara menggiring warga Palestina dalam barisan di jalan-jalan dalam apa yang banyak orang gambarkan sebagai pertunjukan kekuatan yang memalukan.
Gubernur Tulkarem Abdullah Kamil mengimbau masyarakat internasional pada hari Jumat (12/9/2025), mendesak Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa, Dewan Hak Asasi Manusia, dan kelompok-kelompok kemanusiaan untuk bertindak melawan apa yang disebutnya "kejahatan" yang dilakukan terhadap hampir 100.000 penduduk kota tersebut.
Kamil mengatakan pasukan Israel "sewenang-wenang dan tidak adil" melakukan penangkapan massal, menyerbu rumah-rumah, merusak properti, dan "meneror anak-anak dan perempuan", menurut kantor berita Palestina Wafa.
Pada hari Kamis, pasukan Israel di Tulkarem diduga diserang oleh apa yang disebut Israel sebagai alat peledak yang melukai dua tentara Israel.
Nida Ibrahim dari Al Jazeera, melaporkan dari Doha, menggambarkan “video pasukan Israel yang menyeret ratusan warga Palestina dari rumah mereka, dari kafe mereka, bahkan dari garasi … dalam sebuah pertunjukan penghinaan”.
“Mereka mencoba mengingatkan semua orang bahwa jika terjadi insiden di tempat mana pun di Tepi Barat yang diduduki yang tidak mereka sukai … mereka akan menindak, bukan hanya pelakunya … tetapi juga semua orang di sekitarnya,” kata Ibrahim.
Ia menambahkan bahwa tindakan keras Israel telah menggusur "puluhan ribu warga Palestina dari rumah mereka … menjadikan kota dan kamp-kamp pengungsi seperti kota mati".
Ibrahim mengatakan warga Palestina melihat ini sebagai bagian dari kebijakan yang lebih luas, dengan pasukan Israel berusaha "menindak warga Palestina dan benar-benar … mengingatkan mereka siapa yang memiliki kendali dan kendali di Tepi Barat yang diduduki".
Di tempat lain di Tepi Barat, lima pemuda Palestina ditembak dan terluka oleh pasukan Israel di desa Deir Jarir, Wafa melaporkan. Salah satu korban luka ditangkap sebelum menerima perawatan medis, menurut dewan desa. Tentara Israel juga menutup pintu masuk desa selama beberapa jam.
Pasukan Israel menyerbu Nablus dan kota terdekat Beit Furik pada dini hari Jumat, menyerbu beberapa lingkungan di Kota Tua dan daerah sekitarnya.
Saksi mata mengatakan toko-toko dijarah, sementara di Beitin, sebelah timur Ramallah, tentara Israel menyita sebuah rumah dan mengubahnya menjadi barak militer.
Kementerian Luar Negeri Palestina mengutuk serangan tersebut, dan menyatakan bahwa diamnya dunia internasional telah membuat Israel semakin berani melanjutkan tindakan sepihak yang bertujuan mengganggu stabilitas wilayah tersebut.
Secara terpisah, penusukan dilaporkan di dalam sebuah hotel di Kibbutz Tzuba, dekat Yerusalem, pada hari Jumat, menurut polisi Israel.
Pejabat kesehatan mengatakan seorang pria berusia 50 tahun terluka parah, sementara seorang pria berusia 23 tahun mengalami luka ringan.
`Tidak akan ada negara Palestina`
Eskalasi ini terjadi saat Perdana Menteri Benjamin Netanyahu memajukan rencana perluasan permukiman ilegal yang akan menghilangkan kemungkinan berdirinya negara Palestina.
Pada hari Kamis, ia menandatangani perjanjian untuk mendorong pembangunan di daerah yang disebut E1 dekat permukiman ilegal Israel Maale Adumim, beberapa kilometer di sebelah timur Yerusalem.
"Kami akan memenuhi janji kami bahwa tidak akan ada negara Palestina. Tempat ini milik kami," tegas Netanyahu pada upacara penandatanganan, seraya menambahkan: "Kami akan menggandakan populasi kota ini."
Proyek yang digagas oleh menteri-menteri sayap kanan di pemerintahan, Bezalel Smotrich dan Itamar Ben-Gvir, mencakup lahan seluas 12 km persegi (4,6 mil persegi) dan memperkirakan pembangunan 3.400 rumah baru bagi para pemukim Israel.
Para kritikus mengatakan rencana tersebut akan memisahkan sebagian besar wilayah Tepi Barat yang diduduki dari Yerusalem Timur sekaligus menghubungkan blok-blok permukiman utama.
Warga Palestina memandang Yerusalem Timur sebagai ibu kota negara masa depan mereka. Berdasarkan hukum internasional, semua permukiman Israel di wilayah pendudukan adalah ilegal, terlepas dari apakah permukiman tersebut telah mendapat persetujuan pemerintah Israel atau belum. (*)