JAKARTA - Nabi Muhammad SAW bukan hanya menjadi suri teladan dalam hal akhlak, ibadah, dan kepemimpinan, tetapi juga memberikan contoh nyata dalam mengelola urusan keuangan.
Beliau menjalani kehidupan dengan prinsip kesederhanaan dan penuh keberkahan, sebuah nilai yang relevan untuk dijadikan pedoman umat Islam dalam menghadapi tantangan ekonomi di masa kini.
Dalam catatan sejarah, Rasulullah SAW kerap menerima harta dari ghanimah (rampasan perang) maupun hadiah. Namun, semua itu tidak menjadikan beliau hidup bergelimang kemewahan. Sebaliknya, beliau justru lebih memilih gaya hidup sederhana dan senang berbagi dengan mereka yang membutuhkan.
Dari sikap tersebut, tersirat pesan bahwa ukuran kekayaan sejati bukanlah banyaknya harta yang dimiliki, melainkan keberkahan serta manfaat yang bisa dirasakan oleh orang lain.
Dilansir dari beberapa sumber, berikut prinsip yang bisa diteladani dalam mengelola keuangan ala Rasulullah SAW:
1. Mengutamakan kebutuhan pokok
Rasulullah selalu mendahulukan kebutuhan primer dibandingkan keinginan.
2. Berinfak dan bersedekah
Sebagian harta yang diperoleh segera dibagikan kepada fakir miskin.
3. Menjauhi sifat boros
Rasulullah melarang umatnya berlebih-lebihan dalam membelanjakan harta.
4. Mencari nafkah halal
Rasulullah menekankan pentingnya rezeki yang bersih dan halal sebagai sumber keberkahan.
Di era modern, gaya hidup konsumtif sering kali membuat orang sulit menabung dan berinvestasi. Dengan meneladani cara Rasulullah SAW mengatur keuangan, umat Islam dapat membiasakan hidup hemat, menabung, serta mengalokasikan sebagian rezekinya untuk kepentingan sosial.
Para ulama menegaskan, keberhasilan dalam mengatur keuangan bukan hanya soal perencanaan, tetapi juga tentang keberkahan. Ketika seseorang mengelola harta dengan niat ibadah, membelanjakan pada hal yang bermanfaat, dan menjauhi kemaksiatan, maka Allah akan menambah keberkahan dalam rezekinya.