• Bisnis

NFA: Jangan Biarkan Makanan Yang Memberi Hidup Justru Berakhir di Tempat Sampah

Eko Budhiarto | Kamis, 11/09/2025 17:50 WIB
NFA: Jangan Biarkan Makanan Yang Memberi Hidup Justru Berakhir di Tempat Sampah Direktur Kewaspadaan Pangan NFA, Nita Yulianis dalam Rapat Koordinasi Gerakan Selamatkan Pangan di Tanjung Pinang, Kepulauan Riau, Rabu (10/9/2025).(foto:NFA)

TANJUNG PINANG - Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA) menggelar Gerakan Selamatkan Pangan sebagai upaya konkret untuk mengurangi susut dan sisa pangan (SSP).

Kegiatan ini menjadi bagian dari strategi nasional memperkuat ketahanan pangan melalui kolaborasi lintas sektor dan perubahan perilaku masyarakat.

Hal ini disampaikan oleh Direktur Kewaspadaan Pangan NFA, Nita Yulianis dalam Rapat Koordinasi Gerakan Selamatkan Pangan di Tanjung Pinang, Kepulauan Riau, Rabu (10/9/2025). Dalam forum tersebut, ia mengajak seluruh elemen masyarakat dari rumah tangga hingga pemerintah daerah untuk tidak lagi memandang sisa pangan hanya sebagai limbah, melainkan sebagai potensi yang bisa  mendorong ketahanan pangan.

Data dari kajian Bappenas tahun 2021 menunjukkan bahwa Indonesia menyumbang timbulan SSP sebesar 23 hingga 48 juta ton per tahun.

“Jika dihitung secara per kapita, angkanya setara dengan 115 hingga 184 kilogram per orang per tahun. Angka ini menunjukkan bahwa Indonesia termasuk dalam jajaran negara dengan tingkat kehilangan dan pemborosan pangan yang tinggi” ujar Nita.

Yang mengejutkan, jika sisa dan susut pangan tersebut dapat dimanfaatkan secara optimal, Indonesia sesungguhnya mampu memberi makan 61 hingga 125 juta orang setiap tahunnya. Itu berarti hampir setengah dari jumlah penduduk Indonesia dapat terbantu hanya dari pangan yang saat ini terbuang percuma.

“Angka ini bukan hanya statistik, tapi alarm bagi kita semua. Ketika masih ada masyarakat yang sulit mengakses makanan, kita justru membuang potensi besar yang bisa menyelamatkan mereka,” ujar Nita.

Gerakan Selamatkan Pangan, lanjut Nita, bukan hanya tentang pengurangan sisa pangan, tetapi juga bagaimana mendorong perubahan pola pikir dan perilaku secara berkelanjutan.

“Ini bukan tugas satu pihak saja. Pemerintah, pelaku usaha, akademisi, dan masyarakat harus bekerja bersama dengan didukung oleh media,” ucapnya.

Ia juga mengapresiasi langkah Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau yang telah menerbitkan Instruksi Gubernur tentang Penyelamatan Pangan sebagai bentuk komitmen konkret.

“Apa yang dilakukan Provinsi Kepri hari ini adalah contoh nyata kolaborasi. Kami sangat mengapresiasi komitmen ini. Instruksi Gubernur tentu perlu ditindaklanjuti dengan sinergi antar seluruh stakeholder,” tambah Nita.

"Setiap suapan pangan yang kita selamatkan adalah bentuk nyata kontribusi pada bangsa dan generasi mendatang. Jangan biarkan makanan yang bisa memberi hidup justru berakhir di tempat sampah,” tegasnya.

Kepala Badan Pangan Nasional, Arief Prasetyo dalam berbagai kesempatan juga menegaskan pentingnya membangun ekosistem pangan yang berkelanjutan melalui tiga pendekatan utama: Better Nutrition, Better Behavior, dan Better Collaboration. Menurutnya, perubahan perilaku dalam memperlakukan pangan harus dimulai dari rumah, didukung oleh regulasi yang kuat, serta diperkuat oleh kerja sama antar pemangku kepentingan.

“Gerakan Selamatkan Pangan bukan hanya tentang mengurangi sisa makanan, tetapi juga mengubah pola pikir, perilaku, dan membangun ekosistem pangan yang lebih bertanggung jawab, menyelamatkan pangan sejatinya adalah menyelamatkan masa depan.” ujarnya.

Kepala NFA berharap, melalui gerakan ini, semakin banyak daerah yang mengambil langkah serupa. Menyelamatkan pangan bukan hanya tentang efisiensi sumber daya, tapi juga tentang keadilan sosial, kepedulian lingkungan, dan menjaga masa depan bangsa.

Senada dengan hal itu, Sekretaris Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian dan Kesehatan Hewan Provinsi Kepulauan Riau, Sugiarto Doso Saputro, menjelaskan bahwa koordinasi ini merupakan bagian dari upaya menjaga ketahanan pangan di wilayahnya. Menurutnya, penyelamatan pangan adalah langkah strategis dalam mengantisipasi makanan terbuang yang masih bisa dimanfaatkan.

“Gerakan Selamatkan Pangan adalah bentuk nyata kepedulian kita terhadap keberlanjutan pangan. Instruksi Gubernur yang telah dikeluarkan menjadi dasar penting, namun keberhasilannya akan sangat bergantung pada sinergi lintas sektor  baik pemerintah, pelaku usaha, maupun akademisi,” ujarnya.