JAKARTA - Di balik kelahiran Nabi Muhammad SAW, terdapat sosok wanita mulia yang melahirkannya, yaitu Aminah binti Wahb.
Ia dikenal sebagai perempuan Quraisy yang memiliki garis keturunan terhormat, akhlak mulia, serta peran penting dalam sejarah awal kehidupan Rasulullah.
Meski kehidupannya singkat bersama sang putra, kisah Aminah tetap abadi dalam sejarah Islam.
Aminah binti Wahb berasal dari Bani Zuhrah, salah satu kabilah terhormat di kalangan Quraisy. Ayahnya, Wahb bin Abdu Manaf, adalah tokoh terpandang, sementara ibunya bernama Barrah binti Abdul Uzza. Dari sisi garis keturunan, Aminah mewarisi kemuliaan dan kedudukan tinggi di Makkah.
Aminah kemudian menikah dengan Abdullah bin Abdul Muthalib, seorang pemuda Quraisy yang terkenal tampan dan berbudi luhur.
Dari pernikahan inilah lahir seorang anak yang kelak menjadi Nabi terakhir, penutup para rasul. Namun, takdir berkata lain, Abdullah wafat saat Aminah sedang mengandung, sehingga ia melahirkan Muhammad SAW dalam keadaan yatim.
Pada 12 Rabiul Awal Tahun Gajah (sekitar 570 M), Aminah melahirkan Nabi Muhammad SAW di Makkah. Riwayat menyebutkan, kelahiran itu disertai tanda-tanda kebesaran, seperti cahaya yang terpancar dari rumahnya.
Aminah merawat putranya dengan penuh kasih sayang, sebelum kemudian menyerahkan pengasuhan sementara kepada Halimah as-Sa’diyah, sesuai tradisi Arab kala itu.
Aminah dikenal sebagai ibu yang penyayang dan penuh perhatian. Ia beberapa kali membawa Muhammad kecil ke tempat keluarganya di Madinah. Namun, kebersamaan itu tidak berlangsung lama.
Dalam perjalanan pulang dari Madinah ke Makkah, Aminah jatuh sakit dan wafat di daerah Abwa, ketika Nabi Muhammad masih berusia enam tahun.
Wafatnya Aminah membuat Nabi Muhammad tumbuh sebagai yatim piatu, tetapi juga menguatkan pribadi Rasulullah hingga menjadi manusia pilihan Allah SWT.