JAKARTA – Direktur Eksekutif Megawati Institute Dr. Arif Budimanta Sebayang, meninggal dunia, hari ini, Sabtu (6/9/2025), sekira pukul 00:006 WIB. Ia dikenal sebagai seorang aktivis, akademisi, dan juga politisi.
Kabar tersebut disampaikan langsung oleh keluarga Arif Budimanta. "Inna lillahi wa inna ilaihi raji`un. Dengan penuh duka cita, kami mengabarkan bahwa ayah kami, Bapak Arif Budimanta, telah berpulang ke Rahmatullah pada hari ini, 6 September 2025, pukul 00.06 WIB di Jakarta," demikian pernyataan dari pihak keluarga.
Arif Budimanta dibawa ke rumah duka yang berlokasi di Jalan Rawamangun Muka Golf No 3, Rawamangun, Jakarta Timur.
Pria kelahiran Medan, Sumatra Utara (15/3/1968) ini merupakan lulusan jurusan Ilmu Tanah Institut Pertanian Bogor (IPB).
Kolega dan sekaligus kakak kelas Arif Budimanta di IPB, Prof. Didik J Rachbini, menyampaikan kepergiannya terlalu cepat karena masih muda usia. “Tetapi takdir tidak bisa kita tolak sehingga kita ikhlas melepas kepergiannya,” kata Prof. Didik.
Kepergian think tank PDIP sebagai Direktur Mewagati Institute ini, menurut Prof. Didik, banyak yang harus dikenang sebagai hikmah dan pelajaran hidup bagi generasi selanjutnya.
Arif banyak menulis buku dan artikel yang dibuat di media massa nasional, seperti Kompas, Bisnis Indonesia, dan DetikFinance, dengan fokus pada isu ketimpangan, UMKM, investasi, dan keberlanjutan.
Pemikiran Arif terutama tentang ekonomi politik, Pancasila, dan kebijakan publik. Beberapa karyanya, antara lain: Pancasilanomics: Ekonomi Pancasila dalam Gerak” (2019). Buku ini membahas bagaimana nilai-nilai Pancasila bisa menjadi landasan sistem ekonomi Indonesia yang adil, inklusif, dan berdaulat.
Juga buku tentang “Arsitektur Ekonomi Indonesia” yang mengkritisi arah pembangunan yang terlalu liberal dan mengusulkan desain ekonomi berbasis konstitusi (Pasal 33 UUD 1945).
Di ranah politik Arif berada di PDIP, meskipun tidak masuk di lingkaran dalam Megawati. Ia aktif memotori Think tank di dalam partai ini, sebagai Direktur Eksekutif Megawati Institute sejak 2008 hingga saat ini.
Dalam kapasitas intelektualitas seperti ini, ia aktif menyampaikan pemikiran-pemikiran ekonomi serta menginisiasi diskusi penting, termasuk meluncurkan gagasan seperti Pancasilanomics untuk memperkuat ekonomi berbasis nilai-nilai Pancasila.
Sedangkan kiprahnya di DPR pada periode 2009-2014 Arif dan rekan-rekannya aktif dalam gerakan sunyi, yakni menghidupkan ekonomi konstitusi. Indikator kesejahteraan rakyat harus menjadi tujuan utama, bukan sekedat pertumbuhan ekonomi berbasis kebijakan yang liberal.
“Arif dikenal karena menginisiasi kaukus ini, yang bertujuan memasukkan indikator kesejahteraan masyarakat ke dalam proses penyusunan APBN, bekerja sama dengan lintas fraksi,” ujar Prof. Didik.
Arif Budimanta juga punya peran di dalam ranah sosial dan pendidikan, yakni sebagai pengurus Yayasan Wakaf Paramadina, yang membawahkan Universitas Paramadina.
“Intelektual dan akademisi di yayasan dan kampus ini seperti kiprahnya, sangat aktif dalam diskursus publik dan memberikan kritik terhahdap kebijakan publik dan ekonomi politik secara luas,” pungkas Rektor Universitas Paramadina ini.
Berdasarkan penelurusan redaksi, Arif Budimanta juga pernah ditunjuk Presiden ke-7 RI Joko Widodo (Jokowi) sebagai Staf Khusus Bidang Ekonomi. Kemudian pernah juga menjabat sebagai Ketua DPP PDIP, pada periode 2005 hingga 2010. Dan, sebagai Wakil Ketua Fraksi PDIP di Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) RI dari 2009 hingga 2013.
Selanjutnya, selain pernah pernah didapuk sebagai Direktur Eksekutif Megawati Institute, Arif juga menjadi Wakil Ketua Umum Baitul Muslimin Indonesia 2007-2012, Dewan Pakar Masyarakat Ekonomi Syariah, dan Dewan pakar Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia (ICMI).