Mencukur Bulu Kemaluan, Wajib atau Sunnah?

Vaza Diva | Jum'at, 15/08/2025 17:20 WIB
Mencukur Bulu Kemaluan, Wajib atau Sunnah? Ilustrasi - ini hadis dari Rasulullah SAW tentang mencukur bulu kemaluan (Foto: Pexels/Necati Ömer Karpuzoğlu)

JAKARTA - Dalam Islam, menjaga kebersihan merupakan bagian penting dari keimanan. Salah satu wujudnya adalah anjuran untuk mencukur atau menghilangkan bulu di area kemaluan.

Meskipun hal ini kerap dipandang sebagai urusan pribadi, ajaran Islam ternyata menetapkan aturan tersendiri mengenai praktik tersebut.

Hukum mencukur bulu kemaluan disebutkan dalam hadis sahih riwayat Bukhari dan Muslim. Rasulullah SAW bersabda:

"Fitrah itu ada lima: khitan, mencukur bulu kemaluan, memotong kumis, memotong kuku, dan mencabut bulu ketiak."
(HR. Bukhari dan Muslim)

Dari hadis ini, para ulama menjelaskan bahwa mencukur bulu kemaluan termasuk sunnah fitrah, yaitu amalan yang sesuai dengan naluri suci manusia dan dianjurkan dalam Islam.

Mayoritas ulama sepakat bahwa hukum mencukur bulu kemaluan adalah sunnah muakkadah (sangat dianjurkan). Anjuran ini berlaku baik bagi laki-laki maupun perempuan.

Dalam riwayat lain, Rasulullah SAW memberikan batasan waktu agar bulu kemaluan tidak dibiarkan tumbuh terlalu lama:

"Tidak boleh dibiarkan lebih dari empat puluh hari tanpa dicukur."
(HR. Muslim)

Hal ini menunjukkan pentingnya menjaga kebersihan dan kesehatan area kemaluan, sekaligus menghindari hal-hal yang dapat menimbulkan bau tidak sedap atau penyakit kulit.

Beberapa hikmah mencukur bulu kemaluan antara lain:

1. Menjaga kebersihan dan kesehatan tubuh.

2. Menghindari penumpukan kotoran dan kuman.

3. Menjaga kesopanan dan kenyamanan diri.