• News

Pejabat Rusia Sebut Trump-Putin Bakal Bertemu Pekan Depan

Yati Maulana | Sabtu, 09/08/2025 12:05 WIB
Pejabat Rusia Sebut Trump-Putin Bakal Bertemu Pekan Depan Pengunjung berdiri di depan fragmen karya seni yang menggambarkan Presiden AS Donald Trump dan Presiden Rusia Vladimir Putin di sebuah galeri seni di Taman Livadia di Yalta, Krimea, 8 Februari 2025. REUTERS

WASHINGTON - Wakil Duta Besar Rusia untuk PBB Dmitry Polyanskiy mengatakan, Presiden Rusia Vladimir Putin mungkin akan bertemu dengan Presiden AS Donald Trump minggu depan. Tetapi ia mengatakan tidak mengetahui adanya rencana pertemuan antara Putin dan mitranya dari Ukraina, Volodymyr Zelenskiy.

"Sejauh yang saya dengar, ada sejumlah lokasi, tetapi mereka menyetujui sesuatu yang tidak ingin mereka ungkapkan. Jadwalnya, saya rasa, minggu depan, tetapi itu lagi-lagi berdasarkan apa yang dikatakan presiden sendiri," kata Polyanskiy kepada wartawan tentang pertemuan Putin-Trump.

"Saya belum mendengar tentang rencana pertemuan dengan Presiden Zelenskiy, tetapi saya tidak mengikuti perkembangannya," tambahnya.

Tidak ada pertemuan puncak antara pemimpin AS dan Rusia sejak Putin dan mantan Presiden Joe Biden bertemu di Jenewa pada Juni 2021.

Rusia menginvasi Ukraina pada Februari 2022, dengan alasan apa yang disebutnya sebagai ancaman terhadap keamanannya. Kyiv dan sekutu Baratnya menggambarkan invasi tersebut sebagai perampasan tanah ala kekaisaran.

Trump telah berjanji untuk mengakhiri perang Rusia di Ukraina, tetapi hampir tujuh bulan setelah masa jabatan keduanya, janji itu masih belum terpenuhi.
Dalam komentarnya kepada wartawan, Polyanskiy juga mengecam rencana Israel untuk mengambil alih Jalur Gaza.

"Kami pikir ini adalah langkah yang sangat buruk ke arah yang sepenuhnya salah dan kami mengutuk tindakan semacam ini," katanya.

Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengatakan pada hari Kamis bahwa Israel bermaksud untuk mengambil kendali militer atas seluruh Gaza, meskipun kritik global yang semakin intensif terhadap serangan Israel yang menghancurkan hampir dua tahun lalu di daerah kantong Palestina tersebut yang telah menyebabkan krisis kelaparan, membuka tab baru, dan menewaskan puluhan ribu orang.