• News

100 Akademisi Sebut Kekejaman Baru Muncul Jika Jerman Gagal Tekan Israel

Yati Maulana | Jum'at, 08/08/2025 17:05 WIB
100 Akademisi Sebut Kekejaman Baru Muncul Jika Jerman Gagal Tekan Israel Warga Palestina membawa pasokan bantuan yang masuk ke Gaza melalui Israel, di Beit Lahia, Jalur Gaza utara, 2 Agustus 2025. REUTERS

BERLIN - Lebih dari 100 akademisi Israel telah memperingatkan dalam sebuah surat bahwa kegagalan Jerman untuk menekan Israel dapat menyebabkan kekejaman baru di Gaza.

"Keraguan lebih lanjut dari pihak Jerman mengancam akan memungkinkan terjadinya kekejaman baru - dan melemahkan pelajaran yang dipetik dari sejarahnya sendiri," tulis para akademisi dalam surat tersebut, yang ditujukan kepada anggota parlemen senior dari Partai Sosial Demokrat (SPD) Rolf Muetzenich dan Adis Ahmetovic dan dilihat oleh Reuters pada hari Selasa.

Pada 22 Juli, kedua pria tersebut, yang partainya berada dalam koalisi yang berkuasa, telah menyerukan agar Jerman bergabung dengan koalisi internasional yang mendesak diakhirinya segera perang di Gaza, sanksi terhadap Israel, dan penangguhan pengiriman senjata.

Pemerintah Jerman—yang terdiri dari blok konservatif CDU/CSU dan SPD—telah mempertajam kritiknya terhadap Israel atas bencana kemanusiaan buatan manusia yang menimpa 2 juta penduduk Gaza, tetapi belum mengumumkan perubahan kebijakan besar apa pun.

Israel membantah memiliki kebijakan kelaparan di Gaza, dan mengatakan kelompok militan Hamas, yang bertanggung jawab atas operasi yang menewaskan 1.200 orang di Israel pada Oktober 2023 dan menyandera ratusan lainnya, dapat mengakhiri krisis dengan menyerah.

Para kritikus berpendapat bahwa respons Jerman terhadap perang tersebut terlalu hati-hati, terutama karena rasa bersalah yang berkepanjangan atas Holocaust Nazi, yang melemahkan kemampuan kolektif Barat untuk menekan Israel.

"Jika lebih dari 100 akademisi Israel menyerukan perubahan haluan segera maka sudah saatnya kita mengambil tindakan nyata," kata Ahmetovic kepada lembaga penyiaran publik ARD.
Inggris, Kanada, dan Prancis telah mengisyaratkan kesiapan mereka untuk mengakui negara Palestina di wilayah yang diduduki Israel pada Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa bulan September ini.