• Sport

Marco Reus dan Akhir Sebuah Pengabdian di Borussia Dortmund

Vaza Diva | Kamis, 07/08/2025 17:50 WIB
Marco Reus dan Akhir Sebuah Pengabdian di Borussia Dortmund Legenda Borussia Dortmund, Marco Reus (Foto: Sky Sports)

JAKARTA - Di tengah gemerlap dunia sepak bola modern yang semakin dipenuhi oleh kepentingan finansial, transfer bernilai fantastis, dan loyalitas yang kian rapuh.

Sosok Marco Reus muncul sebagai pengecualian yang langka, ia menjadi simbol dari kesetiaan, ketekunan, dan pengabdian tanpa pamrih, nilai-nilai yang kini mulai tergerus oleh zaman.

Pemain kelahiran Dortmund ini baru saja menutup babak panjang kariernya bersama Borussia Dortmund, klub yang telah menjadi bagian dari hidupnya selama lebih dari satu dekade.

Namun, kisah Reus bukan sekadar soal angka gol dan assist. Lebih dari itu, ini adalah cerita tentang cinta yang tulus, luka yang tak membuat patah, harapan yang tak pernah padam, dan prinsip hidup yang dijunjung tinggi.

Sejak kecil, Reus telah bermimpi bermain di Signal Iduna Park—impian yang akhirnya ia wujudkan pada tahun 2012, saat ia memutuskan untuk kembali memperkuat Dortmund, klub masa kecilnya. Meski sempat mengawali karier profesional di klub lain, hatinya tak pernah jauh dari kota kelahirannya.

Sepanjang kariernya, Reus menerima banyak tawaran dari klub-klub elite Eropa. Barcelona, Real Madrid, bahkan Bayern Munchen sempat berusaha merekrutnya. Akan tetapi, ia selalu menolak. Kesetiaannya tak tergoyahkan.

“Saya tidak bisa membayangkan diri saya mencetak gol ke gawang Dortmund,” ujarnya dalam sebuah wawancara yang hingga kini masih membekas di benak para pendukungnya.

Perjalanan Reus tak lepas dari berbagai cedera serius yang datang silih berganti. Salah satu momen paling memilukan adalah ketika ia harus absen dari Piala Dunia 2014, turnamen yang akhirnya dimenangkan oleh Jerman. Cedera juga kerap membuatnya melewatkan momen-momen penting bersama Dortmund.

Reus bukanlah sosok yang mudah menyerah. Ia terus bangkit, berlatih, dan kembali bermain dengan dedikasi penuh. Cedera tak pernah menjadi alasan untuk berhenti mencintai sepak bola.

Meskipun tak pernah mengangkat trofi Bundesliga, Reus tetap dihormati sebagai kapten sejati dan ikon klub. Ia menjadi inspirasi bagi generasi muda, menjadi jembatan antar era, dan menjaga api semangat “Echte Liebe” tetap menyala—bahkan ketika klubnya mengalami masa sulit.

Musim terakhirnya di Dortmund ditutup dengan penghormatan emosional dari para suporter. Nyanyian, koreografi, dan air mata menyelimuti laga perpisahannya. Dunia menyaksikan bahwa seorang pemain bisa dicintai bukan karena koleksi gelarnya, tetapi karena integritas dan dedikasi yang tak pernah padam.

Usai menutup kariernya di Jerman, Reus melanjutkan perjalanannya ke Major League Soccer (MLS) dan memilih bergabung dengan klub LA Galaxy.

Di sana, tak lama berselang, ia akhirnya meraih gelar pertamanya dalam karier profesionalnya—sebuah pencapaian manis yang datang terlambat, namun sangat layak.

Marco Reus mungkin bukan pemain dengan lemari penuh piala, tetapi ia adalah contoh nyata bahwa harga diri, kesetiaan, dan cinta terhadap klub memiliki tempat yang abadi dalam sejarah sepak bola.

Dan dari semua bentuk kemenangan, penghormatan dan cinta tulus dari jutaan penggemar adalah trofi terindah yang akan selalu ia bawa, ke mana pun ia melangkah.