• Oase

Benarkah Kayu Bahtera Nabi Nuh Berasal dari Pulau Jawa?

Vaza Diva | Kamis, 07/08/2025 16:50 WIB
Benarkah Kayu Bahtera Nabi Nuh Berasal dari Pulau Jawa? Ilustrasi - bahtera Nabi Nuh AS (Foto: Kompas)

JAKARTA - Kisah Nabi Nuh AS dan peristiwa banjir besar merupakan salah satu narasi paling terkenal dalam sejarah kenabian. Ribuan tahun berlalu, namun misteri seputar kisah ini terus mengundang rasa ingin tahu, terutama mengenai lokasi kapal berlabuh dan asal bahan pembuat kapalnya.

Salah satu klaim menarik yang mencuat belakangan ini menyebut bahwa kayu untuk membangun bahtera Nabi Nuh berasal dari Indonesia, lebih spesifik lagi, kayu jati dari Pulau Jawa.

Sebagaimana diyakini dalam banyak tafsir, Gunung Ararat di Turki disebut sebagai lokasi di mana bahtera Nuh akhirnya berlabuh usai banjir surut. Lokasi ini dikaitkan dengan Gunung Judi, sebagaimana disebutkan dalam Surah Hud ayat 44, di mana Allah memerintahkan bumi menelan air dan langit menghentikan hujan, hingga kapal pun berlabuh dengan selamat.

Dalam laporan yang dikutip dari situs uniad.ac.id, Kamis (7/8), peneliti dari Noah’s Ark Ministries International (NAMI) mengklaim telah menemukan fosil kayu di Gunung Ararat yang memiliki kesamaan struktur dan genetik dengan kayu jati asal Indonesia. Klaim ini didasarkan pada hasil uji laboratorium terhadap ratusan sampel kayu kuno dari berbagai belahan dunia.

Dari hasil kecocokan tersebut, muncul teori bahwa Nabi Nuh atau pengikutnya mungkin pernah mengakses sumber daya alam dari kawasan Nusantara—entah secara langsung atau melalui jalur perdagangan kuno.

Meski terdengar menarik, klaim ini masih menuai skeptisisme di kalangan ilmuwan. Sejauh ini belum ada bukti arkeologis yang kuat yang menghubungkan temuan kayu di Ararat dengan Indonesia. Selain itu, hasil penelitian tersebut belum pernah dipublikasikan dalam jurnal ilmiah bereputasi, maupun melewati proses peer-review independen.

Beberapa ahli botani juga menolak klaim bahwa kayu jati hanya berasal dari Jawa, mengingat pohon jati juga tumbuh di berbagai wilayah tropis lainnya.

Terlepas dari kontroversi soal kayu, fungsi kapal Nabi Nuh telah dijelaskan secara eksplisit dalam Surah Hud ayat 40, di mana Allah memerintahkan Nuh untuk membawa sepasang makhluk hidup dan orang-orang beriman ke dalam bahtera. Menurut akademisi seperti Dr. Fachruddin Majeri Mangunjaya dari Universitas Nasional, perintah ini dapat dimaknai sebagai simbol konservasi alam, karena bertujuan menyelamatkan kehidupan di bumi.

Nabi Nuh dikenal sebagai nabi yang penuh kesabaran dan keteguhan iman. Meski terus-menerus dicemooh oleh kaumnya yang menyembah berhala seperti Wadd, Suwa’, Yaghuts, Ya’uq, dan Nasr, beliau tetap menyampaikan risalah Allah.

Akhirnya, hanya sebagian kecil umatnya yang ikut serta dalam kapal. Bahkan, putranya sendiri, Kan’an, memilih untuk tidak beriman dan turut menjadi korban dalam peristiwa banjir besar tersebut.