JAKARTA - Dua bayi menjadi anak-anak Palestina terbaru yang meninggal akibat kekurangan gizi di tengah perang dan blokade Israel di Jalur Gaza, sementara jumlah total kematian akibat kelaparan di wilayah tersebut meningkat menjadi lebih dari 120, termasuk lebih dari 80 anak-anak.
Setidaknya 39 orang tewas dalam serangan Israel di Gaza sejak fajar pada Sabtu (26/7/2025), termasuk 15 pencari bantuan.
Seorang mantan tentara AS yang bekerja untuk GHF yang terkenal kejam di Gaza mengatakan kepada BBC bahwa dia “tanpa diragukan lagi … telah menyaksikan kejahatan perang” dalam pembunuhan warga sipil yang mencari bantuan pangan.
Para pemimpin Jerman, Prancis, dan Inggris mengimbau Israel untuk segera mencabut blokade terhadap pasokan bantuan yang memasuki wilayah Palestina yang dilanda kelaparan.
Perang Israel di Gaza telah menewaskan sedikitnya 59.733 orang dan melukai 144.477 orang.
Diperkirakan 1.139 orang tewas di Israel selama serangan yang dipimpin Hamas pada 7 Oktober 2023 dan lebih dari 200 orang ditawan.
`Malnutrisi yang mengerikan pada bayi, anak-anak, dan orang dewasa`
Nick Maynard, seorang dokter bedah Inggris yang bekerja di Gaza, mengatakan ia menyaksikan bayi dan anak-anak Palestina meninggal karena kekurangan gizi di Rumah Sakit Nasser di selatan daerah kantong tersebut.
Berbicara kepada Al Jazeera dari Oxford di Inggris, Maynard mengatakan rekan-rekan medisnya kehilangan susu formula bayi yang diberikan oleh otoritas Israel ketika mereka mencoba membawanya ke Jalur Gaza.
“Susu formula yang dibutuhkan bayi baru lahir dan balita sangat terbatas,” ujarnya.
"Tidak ada susu formula yang dikirim ke Rumah Sakit Nasser selama berbulan-bulan dan memang, dokter-dokter yang saya kenal dari Amerika yang secara khusus membawa susu formula ke Gaza karena mereka tahu ada kekurangan seperti itu, karton-kartonnya disita oleh penjaga perbatasan Israel," jelas Maynard.
Sulit dipahami mengapa mereka melakukan itu, tetapi ini jelas bukan insiden yang terisolasi.
"Saya mendengar dari banyak orang bahwa mereka telah menyita susu formula, jadi saya rasa kejadiannya tidak terisolasi. Saya pikir ada niat yang sangat disengaja untuk tidak mengizinkan susu formula itu masuk ke Gaza. Tapi mengapa? Kita hanya bisa berspekulasi."
Inggris `teruskan` rencana pengiriman makanan lewat udara ke Gaza
Perdana Menteri Inggris Starmer telah berbicara dengan rekan-rekannya dari Prancis dan Jerman dan menguraikan rencana Inggris untuk memberikan bantuan kepada masyarakat di Gaza dan mengevakuasi anak-anak yang sakit dan terluka, kata kantornya.
Perdana Menteri menjelaskan bagaimana Inggris juga akan melanjutkan rencana untuk bekerja sama dengan mitra seperti Yordania untuk mengirimkan bantuan melalui udara dan mengevakuasi anak-anak yang membutuhkan bantuan medis, demikian menurut pernyataan tersebut.
Dalam percakapan telepon, Starmer, Presiden Prancis Emmanuel Macron, dan Kanselir Jerman Friedrich Merz membahas situasi kemanusiaan di Gaza, "yang mereka sepakati sangat memprihatinkan", kata pernyataan itu.
"Mereka semua sepakat bahwa sangat penting untuk memastikan adanya rencana yang kuat untuk mengubah gencatan senjata yang sangat dibutuhkan menjadi perdamaian abadi," menurut pernyataan yang dirilis oleh Downing Street.
"Mereka membahas niat mereka untuk bekerja sama secara erat dalam sebuah rencana ... yang akan membuka jalan bagi solusi jangka panjang dan keamanan di kawasan tersebut. Mereka sepakat bahwa setelah rencana ini disusun, mereka akan berupaya mengajak mitra-mitra kunci lainnya, termasuk di kawasan tersebut, untuk memajukannya," tambahnya.
Diskusi ini muncul sehari setelah Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengecam komunitas internasional karena menutup mata terhadap kelaparan yang meluas akibat ulah Israel di Jalur Gaza, dan menyebutnya sebagai “krisis moral yang menantang hati nurani global”. (*)