• Oase

Apakah Berbuat Dzalim Menghapus Keislaman Seseorang?

Vaza Diva | Kamis, 24/07/2025 07:07 WIB
Apakah Berbuat Dzalim Menghapus Keislaman Seseorang? Ilustrasi - berbuat dzalim (Foto: Pinterest)

JAKARTA, Katakini.com  - KH Ahmad Bahauddin Nursalim (Gus Baha), ulama yang terkenal dengan gaya penyampaiannya yang sederhana namun mendalam, membahas pentingnya pemahaman tentang kejatidirian manusia dalam perspektif Islam.

Menurutnya, identitas dasar seseorang, seperti agama atau kewarganegaraan, tidak akan hilang meskipun seseorang melakukan kesalahan yang bertentangan dengan nilai-nilai ideal.

Dalam sebuah pengajian yang disampaikan di kanal YouTube @IMRONROSADI-k6o yang dikutip pada Kamis (24/7), Gus Baha memberi contoh tentang seorang muslim yang melakukan tindakan salah, seperti mencuri.

"Misalnya kita maling, ya imanlah. Sebagai orang mukmin kok maling? Warga Indonesia kok kriminal? Itu iman, tapi dia tetap orang Indonesia, tetap orang Islam," jelas Gus Baha.

Gus Baha menjelaskan bahwa meskipun seseorang melakukan dosa atau kesalahan, identitas mereka sebagai muslim atau warga negara tetap melekat pada dirinya.

Ia merujuk pada firman Allah yang menyebutkan bahwa sebagian orang memang zalim terhadap diri mereka sendiri, namun hal tersebut tidak berarti menghapus identitas mereka.

Beliau menambahkan, "Ya dzalim, dzalim saja. Jangan kamu katakan kafir. Ya dzalim, ya dzalim saja. Dzalim kira-kira maknane kurang ngajar, kacau, kriminal, tapi kan tetap dia orang Indonesia."

Dengan penjelasan ini, Gus Baha mengajak umat Islam untuk tidak cepat menghakimi seseorang hanya berdasarkan kesalahan yang mereka perbuat, karena setiap individu tetap memiliki hak untuk diperbaiki dan diberi kesempatan untuk bertaubat.

Pesan yang ingin disampaikan Gus Baha adalah bahwa kesalahan bukanlah akhir dari perjalanan hidup seseorang. Umat Islam harus tetap optimis dan tidak berputus asa dalam mencari ampunan dan rahmat Allah.

Pengajian ini mengingatkan kita bahwa kejatidirian manusia, seperti identitas sebagai muslim dan warga negara, tetap melekat meskipun ada kesalahan.

Gus Baha mengajak umat Islam untuk saling memahami dan tidak mudah menghakimi orang lain. Fokus utama adalah memperbaiki diri tanpa melupakan identitas yang kita miliki, serta mengingat bahwa setiap individu berhak mendapatkan kesempatan kedua untuk memperbaiki diri.

Melalui ceramah-ceramahnya yang santai namun penuh makna, Gus Baha berhasil memberikan pemahaman baru yang menyentuh hati banyak orang, mengingatkan kita bahwa perjalanan hidup seseorang adalah proses panjang yang memerlukan kesabaran dan tawakal kepada Allah.