JAKARTA - Melihat anak menangis kencang, berteriak, atau melempar barang saat keinginannya tidak dipenuhi bisa membuat orang tua merasa panik, frustrasi, bahkan kehilangan kendali.
Situasi ini, yang dikenal dengan istilah tantrum, bagian wajar dari perkembangan emosi anak, terutama di usia 1 hingga 5 tahun. Tantrum terjadi karena anak belum mampu mengelola emosi atau mengekspresikan keinginannya dengan kata-kata.
Hal ini bisa menjadi peluang bagi orang tua untuk membimbing anak belajar mengenali dan mengendalikan emosinya. Kuncinya bukan pada menghentikan tantrum secara paksa, tapi bagaimana meresponsnya dengan bijak dan konsisten.
Sikap orang tua saat menghadapi tantrum akan sangat berpengaruh terhadap pembentukan karakter dan penyampaian emosi anak di masa depan.
Berikut lima tips efektif dan penuh empati dalam menghadapi anak yang sedang tantrum:
1. Tetap Tenang dan Jangan Terpancing Emosi
Langkah pertama yang paling penting adalah menjaga ketenangan. Jangan membalas teriakan dengan teriakan atau menunjukkan kekesalan berlebihan. Anak akan belajar dari reaksi orang tua. Semakin tenang Anda bersikap, semakin cepat anak merasa aman dan akhirnya tenang.
2. Beri Ruang Tapi Jangan Abaikan
Ketika anak mulai tantrum, beri ia ruang untuk meluapkan emosi, namun jangan ditinggalkan sepenuhnya. Dampingi dengan sikap hangat dan jaga kontak mata.
3. Kenali Pemicu Tantrum dan Antisipasi
Tantrum sering dipicu oleh rasa lapar, lelah, atau frustrasi karena keinginan tak terpenuhi. Mengenali pola ini membantu orang tua mencegah ledakan emosi sebelum terjadi. Misalnya, ajak anak istirahat saat mulai rewel atau bawa camilan saat bepergian.
4. Gunakan Bahasa Emosi dan Validasi Perasaannya
Alih-alih berkata “Jangan nangis terus!”, coba ucapkan, “Kamu lagi marah, ya? Gak apa-apa marah, tapi yuk kita cari cara supaya lebih enak.”
Kalimat seperti ini membantu anak belajar mengenali dan menamai emosinya, serta memahami bahwa perasaannya sah.
5. Ajak Bicara Setelah Anak Tenang
Setelah suasana reda, ajak anak berdialog dengan lembut. Gunakan momen itu untuk menjelaskan perilaku yang lebih baik.