• Oase

Mengenal Sosok Nu`aiman, Sahabat Nabi yang Jenaka

M. Habib Saifullah | Minggu, 20/07/2025 14:05 WIB
Mengenal Sosok Nu`aiman, Sahabat Nabi yang Jenaka Ilustrasi zaman Nabi Muhammad SAW (foto:era.id)

JAKARTA - Di tengah kesungguhan dan keteguhan para sahabat Nabi Muhammad SAW, ada satu sosok yang menghadirkan senyum dan gelak tawa di tengah perjuangan umat Islam, dialah Nu’aiman bin Amr al-Anshari.

Ia berasal dari suku Khazraj di Madinah, tepatnya dari Bani Najjar, dan termasuk salah satu sahabat yang turut serta dalam Perang Badar. Nama lengkapnya adalah Nu’aiman bin ‘Amr bin Rafa‘ah al-Anṣārī, dan ia merupakan salah satu tokoh awal dari kalangan Anṣār yang memeluk Islam sebelum hijrah Nabi ke Madinah.

Ia memiliki saudara bernama Suwaibith bin Harmalah, yang juga merupakan sahabat Nabi dan sering menjadi "korban" keusilan Nu’aiman.

Sebagai anggota keluarga Anṣār, Nu’aiman tumbuh di lingkungan yang hangat dan dekat dengan perjuangan dakwah Islam. Ia dikenal memiliki hubungan dekat dengan Rasulullah dan para sahabat utama seperti Abu Bakar dan Umar.

Meski hidup dalam masyarakat yang keras dan penuh tantangan, ia membawa warna lain dalam sejarah Islam dengan kejenakaannya yang khas dan tingkahnya yang sulit ditebak.

Salah satu kisah terkenal tentang Nu’aiman adalah ketika ia “menjual” sahabatnya sendiri, Suwaibith bin Harmalah, kepada seorang pedagang dalam perjalanan ke Syam. Ia berkata bahwa Suwaibith adalah budaknya dan meminta sejumlah dirham.

Setelah terjadi transaksi, Nu’aiman kembali sambil tertawa terbahak-bahak dan berkata bahwa sahabatnya itu memang suka pura-pura jadi orang merdeka. Ketika kisah itu disampaikan kepada Nabi, beliau pun tertawa hingga tampak gigi gerahamnya.

Nu’aiman juga dikenal karena kerap menghadiahkan makanan atau madu kepada Rasulullah, lalu ketika sang pedagang datang menagih pembayaran, ia berkata, “Saya tidak punya uang, tapi saya tahu engkau pasti suka hadiah itu.”

Rasulullah pun tersenyum dan tetap membayar makanan tersebut, tanpa memarahi Nu’aiman sedikit pun. Sifat humoris yang jujur ini membuat Nabi dan para sahabat menyayanginya.

Tak hanya itu, Nu’aiman pernah menyembelih unta milik tamu Nabi yang sedang diparkir di dekat Masjid Nabawi, hanya karena ingin menyuguhkan daging segar kepada tamu.

Saat Nabi SAW kembali dan menemukan hal itu, beliau tetap tertawa dan mengganti rugi kepada pemilik unta. Nu’aiman kemudian “bersembunyi” agar tidak dimarahi, dan tetap dikenang sebagai si tukang usil yang tidak pernah kehilangan akal.

Meski terkenal sebagai sahabat yang jenaka, Nu’aiman tetaplah pejuang yang taat. Ia ikut dalam berbagai pertempuran bersama Rasulullah, termasuk Perang Badar dan Uhud.

Nu’aiman juga dikenal karena candanya yang tak kunjung hilang bahkan setelah wafatnya Nabi. Dikisahkan bahwa ketika ia wafat dan dikuburkan, sebagian sahabat “membayangkan” ia akan bercanda kepada malaikat Munkar dan Nakir di alam kubur.