Menteri Desa Dorong Kolaborasi Startup Bangun Ekonomi Pesisir

Vaza Diva | Rabu, 16/07/2025 18:20 WIB
Menteri Desa Dorong Kolaborasi Startup Bangun Ekonomi Pesisir Menteri Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal, Yandri Susanto saat memberikan sambutan dan arahan pada acara pameran inovasi ekonomi biru yang digelar bersama program BISA di Jakarta (Foto: Vaza/Katakini)

Jakarta – Menteri Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal (Mendes PDT), Yandri Susanto menegaskan pentingnya kolaborasi lintas sektor dalam mempercepat pembangunan desa, khususnya desa pesisir yang masih masuk kategori tertinggal meskipun memiliki potensi luar biasa.

Dalam sambutannya pada acara pameran inovasi ekonomi biru yang digelar bersama program BISA (Blue Innovative Startup Acceleration) pada Rabu (16/7) di Jakarta.

Mendes Yandri menyampaikan apresiasinya atas partisipasi para startup dan mahasiswa yang telah menampilkan solusi kreatif berbasis potensi lokal.

“Indonesia punya 75 ribu desa, 16 ribu di antaranya desa pesisir. Tapi hampir 30 persen masih tertinggal. Padahal potensinya luar biasa. Maka kuncinya adalah pemberdayaan dan pendampingan,” ujar Mendes Yandri, pada Rabu (16/7).

Ia juga menyoroti perlunya perubahan pola pikir masyarakat desa agar mampu menerima dan mengadopsi teknologi.

Menurutnya, inovasi tanpa pendekatan sosial dan kultural hanya akan menjadi `barang aneh` di mata warga.

“Kepala ikan dibuang bisa jadi pupuk, jaring bekas bisa jadi produk berguna. Tapi itu perlu edukasi dan pendampingan yang berkelanjutan. Karakter masyarakat desa juga harus dibangun, bukan hanya teknologinya,” tambah Mendes.

Lebih lanjut, para startup didorong untuk tidak hanya menjadikan masyarakat desa sebagai penerima manfaat, tetapi juga pelaku utama inovasi.

Mendes bahkan menyatakan kesiapannya untuk turun langsung ke desa-desa yang menjadi sasaran program.

“Kalau Menteri Desa datang, saya pastikan tidak nginap di hotel, tapi tidur di rumah warga desa,” ungkapnya, disambut tepuk tangan.

Ia juga mengajak semua pihak menjadikan program ini sebagai gerakan besar menuju Indonesia Emas 2045, melalui pendekatan kolaboratif dan teknologi yang tepat guna.

“Startup boleh hebat, teknologi boleh canggih, tapi kalau tidak nyambung dengan kondisi desa, tidak akan berhasil. Mari kita pastikan desa bukan hanya objek, tapi subjek pembangunan,” tutupnya dengan optimis.