JAKARTA - Wakil Ketua MPR RI dari Partai Demokrat Edhie Baskoro Yudhoyono (Ibas) menegaskan bahwa catur bukan sekadar permainan, melainkan cerminan karakter bangsa mengajarkan kesabaran, disiplin, sportivitas, dan strategi yang penting untuk kemajuan Indonesia.
Ibas menyoroti pentingnya ekosistem pembinaan yang berkelanjutan, kolaborasi antar generasi, serta diplomasi budaya melalui catur, sebagai warisan intelektual dan alat pemersatu lintas usia. Hal tersebut disampaikan dalam Audiensi Catur Indonesia Mendunia: Setiap Langkah Menentukan Arah di Gedung DPR/MPR RI, Senin (14/7/25) bersama para atlet catur Tanah Air.
Mengawali pidatonya, Wakil Rakyat dari Partai Demokrat ini mengajak seluruh hadirin untuk tidak sekadar merayakan Hari Catur Sedunia, tetapi juga menyelami nilai-nilai yang terkandung dalam setiap langkah permainan catur.
“Hari ini, kita tidak sekadar memperingati Hari Catur Sedunia, 20 Juli 2025. Kita sedang menyelami makna terdalam dari sebuah langkah. Satu bidak yang maju dalam diam bisa mengubah nasib seluruh permainan,” kata Ibas.
Ia kemudian mengenang sebuah kutipan yang telah menginspirasinya sejak kecil. “Teringat kutipan dari legenda catur ketika saya masih kecil, Garry Kasparov yang mengatakan ‘Catur adalah perang tanpa darah dan diplomasi tanpa kata-kata.”
Wakil Rakyat dari Dapil Jatim VII ini pun menjelaskan bahwa catur bukan hanya olahraga otak, tetapi juga cerminan dari karakter bangsa. “Di atas 64 petak, kita belajar kesabaran, disiplin, sportivitas, dan strategi yang lahir dari ketenangan,” ujarnya. Ibas juga mengutip falsafah seorang pecatur bijak, “Pemenang bukan yang bergerak cepat, tapi yang tahu kapan harus diam.”
Dalam konteks perkembangan zaman yang serba cepat, Ibas menekankan pentingnya keberadaan sosok-sosok pemikir dan perencana. “Hari ini, di tengah gemuruh dunia digital, di tengah gaduh politik dan kecepatan zaman, kita butuh lebih banyak pemikir, bukan penggiring. Lebih banyak perencana, bukan hanya komentator. Dan itulah… para pecatur sejati,” tegasnya penuh semangat yang langsung dihadiahi tepuk tangan peserta.
Lebih jauh, EBY menolak anggapan bahwa catur hanyalah olahraga semata. “Apakah catur hanya permainan? Apakah catur hanya olahraga? Saya pikir tidak. Catur juga adalah bagian dari kebudayaan,” ucapnya.
Wakil Ketua Umum Partai Demokrat ini menjelaskan bahwa di sekolah, catur bisa membangun logika; di kampung, catur bisa menyatukan warga; di komunitas, catur menjadi ruang toleransi; dan di arena dunia, catur bisa menjadi alat diplomasi.
Dalam pidatonya, Edhie Baskoro juga mengingatkan bahwa Indonesia memiliki sejarah panjang dalam hal strategi. “Indonesia punya sejarah panjang dalam strategi. Dalam pertempuran Diponegoro, dalam diplomasi Bung Karno, dan dalam perjuangan para ulama dan pejuang dari Sabang sampai Merauke.
Ia lalu menitipkan harapan kepada para Grandmaster dan pecatur nasional Indonesia untuk menjadi penjaga akal sehat bangsa. “Semua lahir dari langkah catur kehidupan. Dan hari ini, para Grandmaster Indonesia, kita titipkan pada kalian: jadilah penjaga akal sehat bangsa.”
“Kepada para pecatur muda, langkah kalian belum tentu panjang, tapi bisa sangat menentukan.” Ia mengutip satu kalimat motivatif yang bermakna dalam “Tidak ada pion yang ditakdirkan untuk jadi pion selamanya.”
Namun demikian, Ibas juga menyadari bahwa potensi tidak akan berkembang tanpa dukungan sistem yang baik. “Indonesia tak kekurangan talenta. Yang kita butuhkan adalah ekosistem. Yang kita perlukan adalah kesempatan. Dan yang paling mahal adalah pembinaan dan konsistensi.”
Kepada para pecatur muda, ia kembali mengingatkan agar tidak meremehkan langkah-langkah kecil yang mereka ambil. “Jangan pernah anggap langkahmu kecil, karena pion yang gigih bisa menjadi ratu,” ujarnya dengan penuh semangat.
“Strategi hebat bukan tentang langkah pertama, tapi tentang langkah terakhir yang menentukan kemenangan,” imbuhnya.
Tidak lupa, Ibas mengajak para senior untuk turut serta membimbing dan mendukung pertumbuhan generasi baru di dunia catur. “Bantulah memimpin, membimbing, dan memberi ruang. Catur bukan hanya soal kemenangan, tapi soal melahirkan lebih banyak pemenang.”
Ia mengakhiri pidatonya dengan ajakan untuk menjadikan catur sebagai bagian dari budaya yang mempersatukan bangsa. “Mari kita jadikan catur sebagai permainan, olahraga, dan sebagai napas budaya. Sebagai warisan intelektual bangsa dan sebagai alat pemersatu lintas generasi.”
“Hari ini, kita tidak sekadar bicara tentang catur. Kita bicara tentang masa depan. Masa depan yang dibangun satu langkah dengan seribu strategi. Terima kasih atas semangat, dedikasi, dan kecintaan kalian semua.” “Mari terus melangkah—penuh perhitungan, penuh keberanian, dan penuh kebijaksanaan,” pungkasnya.
Salah satu peserta, Masruri Rahman menyampaikan aspirasinya. “Saya di sini bukan hanya atlet catur, tetapi juga pelatih, dan content creator. Kami berhadapan dengan banyak potensi, kami berharap Pemerintah, MPR- DPR bisa menjadi proyek jangka panjang pembinaan catur. Saat ini sangat sulit bagi kami untuk akses rating FIDE di mana banyak atlet yang harus standby atau ijin tinggal agak lama di negara Eropa, tapi sulit mendapat visa satu tahun. Selain itu, saya harap Bapak maupun Pemerintah bisa menjembatani dan memperkenalkan catur dalam negeri kepada pihak sponsor untuk membuat atlet catur Indonesia bisa segera memperoleh rating yang lebih tinggi,” ungkapnya.
Acara ini dihadiri oleh beberapa atlet catur Indonesia, di antaranya Yoseph Theolifus Taher Streamer Twitch game catur online asal Kalimantan Tengah yang juga bergelar International Master (IM); Ivana Maria Treopolsa Salma, pecatur muda Indonesia asal kontingen Papua peraih Woman International Master (WIM) pada Eastern Asia Girls Chess Championships 2024; Masruri Rahman adalah salah satu Atlet muda Indonesia bergelar International Master (IM); Catur Adi Sagita asal Pacitan menyandang status FIDE Master (FM).