JAKARTA - Dalam kehidupan sehari-hari, manusia sering kali tenggelam dalam kenikmatan dunia hingga lupa bahwa semua yang dimiliki sejatinya adalah karunia dari Allah SWT.
Ketika hati mulai mengabaikan rasa syukur dan lisan enggan mengingat Sang Pemberi nikmat, maka di sanalah kufur nikmat mulai terjadi. Istilah ini merujuk pada perilaku tidak menghargai, mengingkari, atau menyia-nyiakan nikmat yang telah Allah limpahkan.
Secara bahasa, "kufur" berarti menutupi atau mengingkari, sedangkan "nikmat" merujuk pada segala bentuk kebaikan, karunia, dan kemudahan yang diberikan oleh Allah.
Maka kufur bisa diartikan sikap mengingkari nikmat Allah, baik secara terang-terangan maupun secara halus dalam bentuk ketidakpedulian atau kelalaian. Ini adalah sikap yang bertentangan langsung dengan syukur, yang diperintahkan dalam banyak ayat Al-Qur`an.
Allah SWT berfirman dalam Surah Ibrahim ayat 7:
"لَئِن شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ ۖ وَلَئِن كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ"
"Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih."
Adapun contoh kufur nikmat bisa terjadi dalam berbagai bentuk. Salah satunya adalah meremehkan rezeki yang sedikit, padahal itu cukup untuk mencukupi kebutuhan harian.
Ketika seseorang mengeluh terus-menerus tanpa menyadari bahwa masih banyak orang yang lebih susah, maka ia telah mengabaikan rasa syukur dan menutup nikmat yang ada.
Bentuk lain ialah menyalahgunakan nikmat untuk maksiat. Misalnya, menggunakan kesehatan untuk bermaksiat, menggunakan kekayaan untuk hal-hal haram, atau menggunakan waktu luang untuk kegiatan yang tidak bermanfaat. Ini adalah bentuk pengkhianatan terhadap amanah yang Allah berikan.
Kufur nikmat juga bisa terjadi dalam hubungan sosial, seperti mengabaikan orang tua yang telah berkorban banyak, atau tidak menghargai pasangan yang setia dan mendukung. Bahkan, ketika seseorang enggan berbagi padahal memiliki kelapangan rezeki, itu pun bisa termasuk bentuk pengingkaran terhadap nikmat.
Maka dari itu, penting bagi setiap Muslim untuk melatih diri bersyukur setiap hari, tidak hanya dengan ucapan “Alhamdulillah”, tapi juga dengan tindakan nyata. Syukur itu harus dibuktikan dengan memanfaatkan nikmat untuk kebaikan, membantu sesama, dan tetap rendah hati atas segala kelebihan yang dimiliki.