JAKARTA - Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA) berkomitmen dalam mendukung ketahanan pangan dan gizi melalui berbagai inovasi dan kolaborasi lintas sektor. Salah satunya diwujudkan melalui berbagi praktik baik Program GENIUS (Gerakan Edukasi dan Pemberian Pangan Bergizi untuk Siswa), menjadi bagian penting dalam mendorong literasi pangan dan gizi di lingkungan sekolah, termasuk pencegahan sisa pangan.
Program GENIUS tidak hanya berfokus pada pemberian kudapan bergizi kepada siswa, tetapi juga menanamkan literasi penting terkait gizi, pola konsumsi yang sehat, dan perilaku bijak dalam mengelola makanan.
Hal tersebut dipaparkan oleh Direktur Kewaspadaan Pangan NFA, Nita Yulianis saat menjadi narasumber pada Temu Ilmiah Nasional PERSAGI tahun 2025 dengan tema “Kemandirian Ahli Gizi Mengawal Program Makan Bergizi Berkesinambungan” di Jakarta, Jum’at (11/7/2025)
“Program pemberian makan bergizi untuk anak sekolah hanya akan berdampak optimal jika disertai dengan edukasi berkelanjutan. Dalam hal ini, literasi pangan dan gizi berperan penting dalam membentuk perilaku konsumsi sehat, mengurangi potensi sisa makanan, dan mencegah pemborosan pangan sejak usia dini” jelas Nita.
Lebih lanjut, Nita Juga menyampaikan bahwa edukasi dilakukan melalui pendekatan yang menyenangkan, seperti yel-yel dan jingle serta poster, siswa diajak memahami pentingnya sarapan, mengenal makanan bergizi, serta membiasakan perilaku hidup bersih dan sehat. “Cara ini bertujuan untuk mengajak siswa untuk menghentikan kebiasaan boros pangan dan turut berperan dalam mengurangi sisa makanan” ujarnya.
Dalam pelaksanaannya, terbukti memberikan dampak positif terhadap status gizi dan perilaku konsumsi siswa. Berdasarkan hasil evaluasi baseline dan endline tahun 2024 yang dilakukan oleh Asosiasi Institusi Pendidikan Tinggi Gizi Indonesia (AIPGI), terjadi peningkatan status gizi yang signifikan.
“Jumlah siswa dengan status gizi baik mengalami kenaikan, sementara jumlah siswa dengan status gizi kurang dan buruk menurun. Selain itu, terjadi peningkatan pemahaman siswa terhadap pangan dan gizi, termasuk kesadaran akan pentingnya sarapan, konsumsi pangan beragam, dan pencegahan sisa pangan” jelas Nita.
Kepala Badan Pangan Nasional, Arief Prasetyo Adi pada kesempatan berbeda menegaskan bahwa program ini tak hanya berdampak di tingkat individu, program ini juga berkontribusi pada penurunan angka Prevalence of Undernourishment (PoU) di Indonesia. Pada 2024, PoU Indonesia tercatat 8,27 persen, membaik dari tahun sebelumnya sebesar 8,53 persen. Meski masih di atas target RPJMN 2024 sebesar 5 persen, capaian ini menjadi bukti arah kebijakan sudah berada di jalur yang benar.
“Perubahan perilaku dan kesadaran gizi anak-anak menjadi pondasi utama dalam membangun masa depan bangsa yang sehat, kuat, dan berdaya saing,” lanjut Arief.
Sementara itu Ketua Komite III DPD RI, Filep Wamafma saat membuka kegiatan tersebut juga memberikan dukungannya terhadap kebijakan program nasional Makan Bergizi Gratis (MBG).
“Yang paling penting adalah bagaimana kesiapan tenaga ahli gizi di daerah didalam mendukung program ini, oleh sebab itu kita akan benahi struktur birokrasi khusus nya tentang bagaimana peran pemerintah daerah untuk menyiapkan tenaga-tenaga ahli gizi” ucap Filep Wamafma.
Program GENIUS merupakan inisiatif Badan Pangan Nasional yang diluncurkan pada tahun 2023 sebagai bagian dari dukungan terhadap visi Generasi Emas 2045. Melalui penyediaan kudapan sehat yang dibarengi dengan edukasi gizi, program ini ditujukan untuk membentuk kebiasaan konsumsi pangan bergizi sejak usia dini. Setelah berjalan hingga tahun 2024, program GENIUS kemudian diintegrasikan ke dalam Program Makan Bergizi Gratis (MBG) — program prioritas nasional yang digagas oleh Presiden Prabowo Subianto — sebagai bentuk penguatan dan perluasan cakupan intervensi gizi bagi anak-anak Indonesia.